"Kemampuan kita menjaga keselamatan lalu lintas jadi salah satu indikator apakah Indonesia sudah jadi negara maju atau belum. Bila berkaca dari jumlah saat ini, di mana tingkatnya masih tinggi, tentu belum masuk pada level negara maju," ucap Bambang dalam seremoni Indonesia Road Safety Award (IRSA) 2017 di Jakarta, Kamis (7/12/2017).
Menurut Bambang, berdasarkan data kepolisian, jumlah fatalitas pada 2016 mencapai 25.869 jiwa, naik dibandingkan 2015 yang hanya 24.334 jiwa. Tapi dibandingkan 2014 yang jumlahnya mencapai 28.290 jiwa, angka pada 2016 menurun signifikan.
Sepeda motor masih kontributor terbesar penyumbang kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data 2010 hingga 2016, peningkatan kecelakaan motor mencapai tiga kali lipat, dan 80 persennya didominasi korban usia produktif serta para pencari nafkah.
Baca : Kematian akibat Kecelakaan di Indonesia Tertinggi di Dunia
"Ini jadi tantangan besar untuk menurunkan jumlah tingkat fatalitas kecelakaan terutama bagi pengguna jalan yang rentan, seperti motor dan pejalan kaki. Potensi kemiskinan akibat kehilangan pencarian nafkah juga tinggi," kata Bambang.
Bambang berharap melalui lima pilar yang digaungkan oleh berbagai instansi termasuk Bappenas, serta adanya ajang IRSA bisa memberikan inspirasi bagi kota-kota di Indonesia yang selama ini lemah dalam memperhatikan aspek keselamatan.
"Saya kaget saat ke Jerman dan masuk ke Autobahn, itu jalan tol hampir semua seksi tidak ada speed limit-nya, bebas saja. Mungkin bila diterapkan di Indonesia dalam kondisi saat ini saya yakin banyak korban berjatuhan. Bukan karena di sana mobilnya Mercy atau mobil bagus, tapi kuncinya adalah kualitas jalan, attitude pemakai kendaraan, dan kesiapan kendaraannya itu sendiri," kata Bambang.
https://otomotif.kompas.com/read/2017/12/09/110200115/indonesia-belum-masuk-negara-maju-karena-jumlah-kecelakaan