Jakarta, KompasOtomotif – Pada Focus Group Discussion soal “Membangun Industri Nasional Berkelanjutan” yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Senin (27/11/2017), Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) mengungkapkan kegundahannya.
Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial AISI, mengatakan, kalau sudah 100 persen proses pembuatan sepeda motor dilakukan di dalam negeri. Namun Sigit menyebut masih ada hambatan yang mengganjal, menyoal komposisi mikro material.
“Saat ini komposisi mikro material masih 60 persen menggantungkan pada steel, di mana 59 persen kontribusinya ini masih impor. Lalu biji plastik atau resin yang mengisi 11 persen komponen sepeda motor, dan sintetik rubber bahannya juga masih impor,” ujar Sigit.
Mengonfirmasi lebih lanjut, Sigit menuturkan kepada KompasOtomotif kalau bahan bakunya dari luar negeri sangat bergantung nilai mata uang, sehingga akan sulit ketika rupiah melemah. Sementara kalau bahan bakunya sudah ada di domestik maka transaksinya menggunakan rupiah, dan lebih gampang untuk merencanakan harga jual.
“Jadi kalau disebut steel masih bermasalah di industri otomotif dalam negeri itu betul. Kami masih menghadapi kendala khususnya untuk jenis hard steel yang masih impor. Sehingga kalau ini bisa diadakan di dalam negeri, akan membuat produk sepeda motor lebih kompetitif, khususnya untuk meningkatkan ekspor,” tutur Sigit.
Namun, Sigit mengaku masih belum bisa memprediksi akan ada pertumbuhan berapa persen, ketika semua bahan baku sudah tersedia di dalam negeri. Saat ini Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sepeda motor disebut Sigit sudah 90 persenan.
“Lokal konten secara proses kami sudah di atas 90 persen, dan yang belum dipenuhi steel sama biji plastik, karena ada yang belum tersedia di dalam negeri dan masih diimpor dari negara lain,” ucap Sigit.
https://otomotif.kompas.com/read/2017/12/04/084200415/industri-sepeda-motor-indonesia-masih-bergantung-impor