Final yang digelar di tengah runtuhan embun Sabuga di Jalan Tamansari, Lebak Siliwangi, Kota Bandung, ini mengundang kembali para Champ, julukan para juara, usai berkumpulnya modifikator di Jawa dan Sumatera melalui tiga ajang sebelumnya, di Solo (27 April), Pekanbaru (29 Juli), dan Surabaya (26 Agustus).
"Ini final battle dari sejarah Autobattle yang boleh diklaim paling seru. Kenapa? Pertama, alasannya, mobil modif-nya seru-seru nih. Mobil modif-nya ekstrem-ekstrem, dan banyak sekali mobil baru," ujar Boy Prabowo, juru bicara juri Blackauto Battle.
Alasan kedua adalah militansi peserta. Pasalnya, ajang keempat yang juga menjadi final ini bukan saja disasar oleh modifikator dari sekitar Jawa Barat, tetapi 18 kota.
"Dari Sumatera, Padang, Riau. Dari Sulawesi ada Makassar dibawa pakai kapal laut. Dari Padang-Pekanbaru towing. Niat banget. Mereka ini bukan finalis. Mereka memang kejar event ini. Salah satunya Brio turbo di kiri arena," tangan Boy mengacung ke pintu masuk segitiga merah besar di Sabuga.
Bicara pintu masuk, segitiga merah besar itu merupakan pintu masuk area indoor berupa terowongan "Bass Tunnel" yang menggunakan produk dari Momentum.
"Flow penonton juga bagus, enggak packed, tetapi terus (berputar, bergantian pergi dan datangnya). Mengalir terus," ujar Boy yang lalu menyebut final ini membuat para pentolan modifikasi berdatangan.
Salah satunya, acara ini kedatangan langsung Todd Lewis, Technical Director Mainline Dynolog Australia, untuk arena perang mesin di Blackauto Dynotest.
"Karena final, semua pentolan datang. Modifikasi, orang ITS, International Tuning Standar, datang. Lalu Todd Lewis ada di sana," kata Boy menunjuk seorang pria bule berseragam biru putih yang kerap melihat layar komputer saat mobil-mobil naik turun di mesin dynotest.
Di sektor modifikasi, Blackauto Battle juga mengundang juri internasional dari Amerika, Tommy HA, untuk bersinergi dengan juri untuk asosiasi APACT.
IASCA sendiri adalah asosiasi sistem audio mobil asal Amerika yang juga merupakan asosiasi sistem audio tertua di dunia. Regulasi penjurian audionya sudah menjadi standar di 34 negara, dari Inggris, Kanada, Brasil, Perancis, Denmark. Italia, Jepang, hingga Indonesia.
"Begitu juga artisnya. Hari pertama Isyana Sarasvati, The Icon, sama Female DJ Chantal Dewi. Hari kedua ada The S.I.G.I.T, GAC," imbuh pria yang juga Chief Operating Officer Asia Pasicific Car Tuning Association (APACT) ini.
Yaris 8 roda remote control dan pikap DJ
Hari pertama, pengunjung arena dalam Sabuga sempat terkejut dengan letupan suara start mesin Mercedes-Benz C63 milik Efendi "Pepen" Gunawan.
Pengusaha kue kering di Jalan Sudirman, Bandung, ini mengaku, start mesin itu tidak dibuat-buat karena memang begitu, mengingat perubahan knalpot dan mesinnya yang 8-silinder 6.300 cc.
Mengagetkan saat start, hasilnya pun bikin catatan tertinggi di meja Blackauto Dynotest. Sedan Eropa Pepen itu menjadi yang terbaik di kelas Free For All dengan 389,8 HP, di atas Nissan Cefiro coklat M Ridwan yang sebesar 374,6 HP.
Yang juga "rajin" berbagi keriuhan suara dalam acara adalah pikap hijau Suzuki Futura Jaja Gunanjar asal Bogor. Pikap tersebut disulap jadi mobil pesta berjalan dengan sofa di belakang, set DJ di buritannya, dan audio di mana-mana dengan satu layar besar di punggung kabin.
"Sebelumnya ini mobil buat slalom. Sekarang lebih ke fashion, bisa buat karaoke, Ada 20-an speaker. Subwoofer dua, sisanya 3-way," ujar Hendri, sang pemilik, yang antara lain dapat piala Blockbuster dan Best Modified Pick-up untuk mobilnya itu.
Keriuhan pikap pesta—yang menurut Boy menunjukkan kalau modifikasi tidak harus mahal tetapi akan menarik jika diingat—itu kerap membuat arena joget dadakan.
Di luar adu keriuhan ini, menu utamanya tetaplah mobil-mobil beroda banyak dari Brio hijau 8 roda John's Speed Custom yang jadi Champ di Blackauto Battle 2017 Surabaya dan Yaris 8 roda "Mr Pitbull" dari Kupu-Kupu Malam Yogyakarta.
Seharusnya pun, Bandung hari itu juga kedatangan The Kalajengking, Chevrolet Spark 6 x 6, tetapi urung datang karena persoalan waktu.
Khusus Yaris 8 roda "Mr Pitbull", keunikan yang disuguhkan berbuah 13 piala dari Best Display, Best Extreme Interior, Best Extreme Exterior, Best Extreme Creation, The Best Extreme, Best Modified Compact Car, hingga Best Asian Origin Modified Car.
Keunikannya antara lain karena mobil yang panjangnya 6,5 meter atau satu tiga perempat mobil aslinya ini sebenarnya juga mobil remote control.
Ajaibnya lagi, mesin Yaris penggerak depan masih terpasang, sementara belakang memakai mesin listrik yang didayai 12 baterai seukuran balok es dan tersusun di area buritan.
"Ini basic-nya dari Yaris 2006. Ya ini ide bareng-bareng. (Apa yang sudah ada ini) sudah cukuplah. Rasanya senang banget dan bersyukur, semoga ke depannya bisa maju lagi," kata Dwi Kunto, perwakilan Kupu-Kupu Malam, seraya menyebut biaya mobil setara Rp 1 miliar.
Soal jumlah roda yang makin banyak, Boy Prabowo berujar bahwa hal itu bagaimanapun mengentalkan nilai ekstrem, sekalipun bukan menjadi hal baru.
"Modifikasi ya oke ekstrem. Dari enam roda, jadi delapan roda. Jangan-jangan nanti mungkin 10 roda, 12 roda. Ya enggak apa-apa, cuma kan itu bukan menjadi hal baru. Bagus sih, tetapi harusnya bisa (ada yang baru)," harap Boy ke depannya.
Acara final lebih kurang ditutup pukul 11.00 malam usai pembacaan nama-nama pemenang. Padatnya kategori dan pilihan mobil yang beragam dengan total seratus lebih peserta tidak menyurutkan ide penyelenggara untuk Blackauto Battle mendatang.
Bagaimana idenya? Kita tunggu saja dan rasakan bagaimana sensasi di Blackauto Battle berikutnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2017/11/29/131200615/perang-modifikasi-indonesia-blackauto-battle-2017-tuntas-di-bandung-