Berbeda dari kondisi dua hari sebelumnya yang hanya dibuka untuk media dan undangan khusus, kali ini kondisi lantai pameran disesaki oleh pengunjung. Kondisi ini cukup mirip dengan penyelenggaraan pameran otomotif di Indonesia yang dilakukan dalam dua event yakni Indonesia International Motor Show (IIMS) serta Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS).
Namun yang menarik, pada penyelenggaraan hari pertama untuk umum ini tidak terlihat aktivitas transaksi. Contohnya, tidak ada informasi harga di tiap kendaraan. Pada tiap-tiap kendaraan hanya disediakan informasi mengenai spesifikasi serta teknologi yang disertakan. Kalau pun ada, informasi ini digunakan untuk keperluan pengunjung saat di diler kendaraan yang pastinya diler itu tidak di dalam pameran.
Konsep pameran sebagai tempat transfer informasi sangat dipegang oleh penyelenggara TMS. Selama pameran yang diselenggarakan hingga 11 November mendatang, tidak diperkenankan ada transaksi penjualan yang dilakukan.
"Ini menariknya pameran di TMS. Orang datang karena memang ingin melihat teknologi atau gemar dengan kendaraan. Selain itu dengan tidak adanya target penjualan, tidak ada sampah brosur yang menumpuk. Orang akan meminta brosur kendaraan sesuai keinginan mereka," ucap Rifat Sungkar, pereli nasional yang mengikuti rombongan Mitsubishi Indonesia berkunjung ke TMS 2017.
Berbagai kegiatan juga diselenggarakan saat akhir pekan ini. Workshop desain kendaraan untuk anak-anak, tes drive beragam kendaraan, serta menjajal berbagai teknologi baru di pameran otomotif dua tahunan tersebut.
Keramaian terjadi di West Area dimana merek Daihatsu dan Toyota berada. Selain itu keramaian juga terlihat pada booth perusahaan mainan Tomica dimana pengunjung mengantri untuk membawa pulang model khusus mainan dari TMS 2017.
https://otomotif.kompas.com/read/2017/10/28/150200815/ini-bedanya-tokyo-motor-show-dengan-pameran-di-indonesia