BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Garda Oto
Salin Artikel

Macet Tak Perlu "Mager" Bikin Asuransi

KOMPAS.com – Kemacetan di Jakarta memang sudah seperti mendarah daging, selalu terjadi kapan dan di mana pun. Tidak heran, kondisi itu membuat masyarakatnya malas untuk keluar rumah atau malas gerak alias mager.

Bahkan, tahukah Anda kalau kemacetan itu telah menyebabkan kerugian bernilai triliunan rupiah?

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa kerugian akibat kemacetan di Ibu Kota mencapai 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 67,5 triliun per tahun.

“Kemacetan di Jakarta terjadi karena jumlah jalan kecil. Lagi pula, kota ini sudah telat 30 tahun untuk membangun MRT, jadi (Pemprov DKI Jakarta) berkutat dengan masalah biaya, revenue berapa. Pasti akan rugi terus, enggak feasible sama sekali," kata Bambang, seperti dimuat Kompas.com, Jumat (6/10/2017).

Selain panjang jalan tidak bertambah, kemacetan di Jakarta terjadi karena laju pertumbuhan kendaraan motor yang sangat tinggi. Hal ini diakui Djarot Saiful Hidayat ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Menurut dia, pertumbuhan penambahan kendaraan bermotor dibandingkan dengan penambahan ruas jalan itu seperti deret hitung melawan deret ukur.

“Sepeda motor bertambah 1.200 unit dan mobil bertambah sekitar 300 unit per hari. Berarti setiap hari ada peningkatan kendaraan 1.500 unit. Anda bayangkan 1.500 dikali 30 hari atau sebulan jadi berapa, 45.000 unit," ujar Djarot, seperti ditulis Kompas.com, Rabu (23/8/2017).

Nah, masalahnya, kemacetan sekarang ini tak lagi identik dengan DKI Jakarta. Kota-kota besar di Indonesia, yakni Surabaya, Bandung, Makassar, Palembang, Medan, dan sebagainya, juga mengalami kemacetan.

Kondisi itu pun jamak terjadi karena jumlah kendaraan bermotor di negeri ini makin hari makin meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016 mengungkap ada 121,4 juta kendaraan di Indonesia pada 2015.

Angka itu naik bila dibandingkan pada 2014 yang berjumlah 114,2 juta unit, dan  pada 2013 yang mencapai 104,1 juta unit.

Peningkatan jumlah kendaraan pun sejalan dengan kenaikan angka penjualan kendaraan bermotor, khususnya mobil.

Menurut data ASEAN Automotive Federation 2016, jumlah mobil yang terjual di republik ini pada 2015 sebesar 1.013.291 juta unit, lalu meningkat menjadi 1.061.735 unit di tahun berikutnya.

Bagaimana dengan tahun ini?

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil sepanjang Januari-Juli 2017 sebanyak 618.808 unit. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016, yaitu sebesar 594.018 unit.

Komponen kendaraan rawan rusak

Selain membawa kerugian dari sisi ekonomi, kemacetan juga dapat membawa dampak buruk bagi kendaraan itu sendiri, terutama pada mobil bertransmisi otomatis atau matik.

Saat berhenti di lampu merah, sebagian pemilik mobil dengan transmisi matik membiarkan posisi tuas berada di D (drive) dan tidak memindahkannya ke N (netral).

Padahal, saat berhenti dan tetap di posisi D, mesin dan transmisi mengalami momen puntir. Momen puntir ini yang membuat karet, mounting mesin, dan transmisi menjadi cepat aus dibanding pindah ke posisi N.

“Kebiasaan malas memindahkan ke posisi N saat berhenti ini akan membuat transmisi dan komponen di dalam mesin lebih cepat aus,” ucap Dolf Valentino, Service Manager Daihatsu Pangeran Jayakarta, saat dihubungi Otomania, Kamis (28/7/2016).

Dia pun menyarankan agar pengguna kendaraan matik untuk melakukan pengecekan berkala terhadap kedua komponen tersebut.

Rajin-rajinlah bagi penggunanya untuk memeriksa volume oli matik secara berkala dua minggu sekali untuk memastikan volume tetap berada di atas batas minimum.

“Dengan demikian, ketika terjadi kebocoran oli matik, akan bisa cepat diatasi, sebelum sampai pada kerusakan lebih parah,” ucap Saiful.

Namun, untuk menghindari keadaan tak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi, Anda sebaiknya melindungi mobil dengan perlindungan asuransi.  

Anda pun tak perlu keluar rumah lalu terjebak macet untuk mendaftar, tetapi cukup menyentuhkan ujung jari di smartphone atau ponsel pintar, maka layanan tersebut dapat langsung Anda rasakan manfaatnya.

Asuransi yang menawarkan hal itu adalah Garda Oto dengan layanan Garda Oto Digital. Layanan bertajuk #MakinGampang ini bisa diakses di laman gardaoto.com.

Dengan begitu, meskipun "mager' karena alasan Jakarta macet, Anda tetap bisa bikin asuransi buat kendaraan. Selamat mencoba!

https://otomotif.kompas.com/read/2017/10/27/151943215/macet-tak-perlu-mager-bikin-asuransi

Bagikan artikel ini melalui
Oke