KOMPAS.com – Lebih dari 200 mobil terperangkap dan terendam di basement sebuah gedung setelah banjir bandang melanda Jakarta Pusat usai tanggul Kanal Banjir Barat jebol pada Kamis (17/1/2013).
Pada peristiwa yang terjadi empat tahun lalu itu, ada tiga lantai basement yang tanpa diduga-duga terendam oleh air bah tersebut.
Baca: Diperkirakan 200-an Mobil Terjebak di "Basement" Plaza UOB
Banjir 2013 di DKI Jakarta menjadi bencana yang tidak luput dari catatan. Data dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia menunjukkan, usai banjir pada 2013 itu, diperkirakan klaim asuransi mencapai Rp 50 miliar.
Banjir di Jakarta pun sampai kini memang membawa kisah yang menitikkan air mata. Sebab, selalu saja ada korban jiwa.
Baca: Korban Banjir di Jakarta Bertambah, 23 Orang Meninggal Dunia
Angka kerugian harta benda pun selalu memenuhi ruang-ruang media massa tak terbatas di media sosial maupun cetak.
Untuk itut pula, penanganan persoalan banjir secara bertahap dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Pemantauan hasilnya pun memanfaatkan digitalisasi.
Seperti dikutip Kompas.com pada pertengahan Juni 2017 lalu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memanfaatkan teknologi citra satelit untuk menunjukkan normalisasi waduk dan sungai mereduksi banjir.
"Waduk Pluit yang sebelumnya dangkal dan penuh permukiman kumuh saat ini sudah dikeruk dan ditata kembali sehingga volume tampungan banjir di Waduk Pluit meningkat dan mengurangi banjir di kawasan sekitar Pluit," ujar Sutopo.
Digitalisasi sendiri adalah keniscayaan, seperti pernah diucapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Presiden secara lantang mengucapkan hal tersebut kepada dunia saat memberikan sambutan pada pertemuan dengan CEO Google Sundar Pichai dan eksekutif perusahaan itu, di Silicon Valley, Rabu (17/2/2016), seturut laman kominfo.go.id.
"Untuk mengelola negara sebesar Indonesia dengan 252 juta penduduk, yang tersebar di 17.000 pulau, digitalisasi adalah sebuah keniscayaan," begitu ucapan mantan Gubernur DKI ini.
Dalam dunia yang lebih nyata, industri asuransi, termasuk yang bergerak di bidang kendaraan bermotor pun, ikut mewujudkan iklim digitalisasi itu.
Kini, di tengah makin banyaknya pekerjaan menggunakan komputer, apalagi sudah tidak terhitungnya pengguna telepon seluler pintar, khalayak misalnya bisa membeli asuransi mobil tanpa harus pergi ke mana-mana.
Tak hanya itu, urusan klaim pun tinggal menggunakan ujung jari. Pililh lokasi, entah di kantor, di sekolah, di mal, di mana pun, mobil akan dijemput.
Istilah kata dalam khazanah kekinian, digitalisasi memudahkan segala urusan asuransi, apalagi jika asuransi untuk urusan dampak banjir dipiih sebagai opsi tambahan. Jadi #MakinGampang, seperti yang ditawarkan Garda Oto Digital pada gardaoto.com.
Baca: Digitalisasi, Wujud Kekinian Bisnis Asuransi
https://otomotif.kompas.com/read/2017/10/20/192319315/tangkal-risiko-dampak-banjir-cukup-di-ujung-jari