Jakarta, KompasOtomotif – Sebagai pengendara yang sering berada di jalan, terutama pada malam hari, tidak jarang berpapasan dengan mobil atau sepeda motor yang menyalakan lampu jauh (high-beam). Tentu sangat menjengkelkan, karena itu sangat mengganggu dan bsia menyebabkan kecelakaan.
Jadi, kapan sebenarnya menggunakan lampu jauh yang tepat?
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) menyarankan, agar secara bijaksana dan tepat ketika menggunakan lampu jauh. Umumnya digunakan untuk berkomunkasi dengan pengendara lain, seperti ketika akan menyalip, dengan satu atau dua kali “kedipan”.
“Menggunakan lampu jauh juga bisa digunakan pada jalur yang panjang, kosong dan kurang penerangan atau bahkan gelap. Namun, ketika melihat ada kendaraan yang datang dari arah berlawanan, sebaiknya langsung ubah ke lampu dekat (low-beam),” ujar Jusri kepada KompasOtomotif, Rabu (28/12/2016).
Jusri melanjutkan, pengunaan lampu jauh juga jangan dilakukan di jalan kota yang padat dan ramai. Seperti informasi yang disampaikan dalam akun Divisi Humas Mabes Polri, pengendara lain yang terpapar lampu jauh akan merasakan silau, dan khusus untuk pengendara dengan gangguan mata astigmatisme (mata silinder), kesilauan yang dirasakan jauh lebih mengganggu.
“Kecelakaan sangat mungkin terjadi dalam kondisi tersebut. Celakanya, jumlah pengidap astigmatisme di dunia sangat banyak, di mana satu dari tiga orang memililiki gangguan mata silinder,” seperti tertulis dalam akun Humas Polri.
Terkait dengan kasus ini, pihak kepolisian di China punya cara sendiri untuk menghukum pengendara yang menyalakan lampu jauh sehingga membuat silau pengendara lain. Sang pengemudi ditangkap dan diperintahkan untuk duduk disebuah kursi selama satu menit, dan dihadapkan dengan mobil dengan lampu jauh , seperti mengutip BBC, awal bulan November 2016.