Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Kreatif Modifikasi Terbentur Regulasi

Kompas.com - 13/10/2016, 11:55 WIB
Stanly Ravel

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif - Penggiat dunia industri kreatif modifikasi sepeda motor setiap hari semakin besar jumlahnya. Sayang para pelaku ini belum bisa guyub karena belum ada wadah asosiasi yang memayunginya.

Lulut Wahyudi, Direktur Kustomfest sekaligus punggawa Retro Classic Cycles, mengatakan, bahwa usulan merangkul dan duduk bersama sudah mulai disuarakan sejak beberapa tahun terakhir.

"Jujur kami susah untuk itu, mereka ini para seniman, saat kami ajak bergabung, umumnya mereka akan balik tanya apa manfaatnya untuk saya dan lain sebagainya," ucap Lulut kepada KompasOtomotif, Sabtu (8/10/2016).

Meski demikian, Lulut tidak tinggal diam dan akhirnya menjaring beberapa bengkel kreatif untuk membentuk Kelompok Industri Kreatif Otomotif Yogyakarta (Kikoyo). Bicara soal skala, memang masih kecil, pertama berdiri pada 2015 lalu hanya beranggotakan tujuh workshop dan tahun ini bertambah satu.

Kikoyo diklaim Lulut memiliki misi yang kuat, yakni menunjukkan industri kreatif yang selama ini sudah membantu pergerakan ekonomi kepada pemerintah.

"Ke depannya kami ingin menjadi bangsa pembuat, bukan hanya pemakai ragam peralatan dan aksesori dari luar negeri. Dunia kustom erat kaitannya dengan kreativitas, sebenarnya ini sangat mahal sekali," ucap Lulut.

Stanly/Otomania Kustom bike industri lokal
Menurutnya, tanpa disadari pergerakan ekonomi dari industri yang kecil ini sangat besar, tapi pemerintah masih tutup mata. Lulut mencontohkan, untuk membangun satu motor kustom perlu uang puluhan juta, ini tidak dimakan sendiri tapi menimbulkan multiple effect ke semua sektor.

Abu-Abu

Selain memajukan industri kreatif, langkah merangkul para pengerajin dunia modifikasi juga dilakoni untuk membentuk pemahaman serta regulasi yang jelas. Tujuannya agar para pemodifikasi bisa menikmati karyanya di jalan.

"Selama ini regulasi masih abu-abu, contoh kecil mengenai tingkat kebisingan dari knalpot kustom atau aftermarket, belum ada acuan atau ukuraan decible yang pas, mereka hanya bisa bilang bising, tapi tidak punya alat pengukuran dan standar patokannya, hanya berdasarkan persepsi," kata Lulut.

Menurutnya, hal ini tidak bisa sembarang dilakukan. Upaya untuk duduk barsama pihak kepolisian dan kementerian sudah pernah dilakukan, namun ia mengatakan bahwa visinya sudah beda.

Stanly/Otomania Kustomfest 2016

"Sudah beberapa kali duduk barsama, tapi visinya tidak ketemu seperti gelombang radio FM dan AM. Kita bicara soal industri kreatif, mereka bicara soal industri mass product, ini tidak nyambung dan mau dikemanakan para anak muda kita yang kreatif," ujar Lulut.

Selebihnya ia berharap pemerintah mau melakukan studi banding dengan negara berkembang seperti Amerika. Hal ini penting guna membuktikan kekuatan dari industri modifikasi di Indonesia yang ternyata tidak kalah saing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau