Jakarta, KompasOtomotif – Geliat industri kendaraan bermotor ke arah teknologi listrik terus bergerak cepat. Lewat teknologi ini, negara-negara yang selama ini belum punya merek lokal, punya kesempatan bisa bersaing, karena teknologi ini baru bagi semua pemain, termasuk Indonesia.
Selain itu, mobil listrik dipercaya ideal bagi solusi kendaraan di masa depan, karena bebas emisi dan tidak bergantung pada energi fosil di masa depan. Dalam pengembangan mobil istrik, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, adalah pengembangan baterai dan standarisasi infrastruktur pengisian ulang (baterai).
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyatakan, ke depan akan bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk mulai melakukan standardisasi tersebut.
“Penting sekali adanya standardisasi charging station agar mobil listrik yang berkembang di Indonesia tidak membawa standar sendiri-sendiri sehingga menyulitkan pengembangannya. Lebih baik kita merampungkan hal ini jauh-jauh hari,” ujar Putu yang pekan lalu menyambangi beberapa pusat industri otomotif di Jepang, dalam keterangan resmi Kemenperin, Minggu (22/5/2016).
Di pabrik Nissan, kunjungan pertama ke Oppama Plant yang terletak di Yokohama, Jepang untuk melihat dari dekat fasilitas perakitan mobil kombinasi konvensional dan listrik paling mutakhir. Salah satu produk andalannya, adalah Nissan Leaf, kendaraan elektrik penuh (Full Electric Vehicle) yang mampu menempuh jarak 280 km per sekali pengisian.
Menurut Vice President Nissan Motor Co Ltd, Hiroaki Ishii, perseroan juga menggandeng mitra industri lainnya untuk mempercepat pengembangan teknologi. Langkah ini diharapkannya juga dilakukan industri otomotif Indonesia bersama pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
“Kami bersama perusahaan produsen baterei terus melakukan perbaikan, sehingga diharapkan suatu saat dapat mencapai jarak tempuh yang lebih jauh lagi dalam sekali pengisian,” ujar Ishii.
Dia mengakui, pengembangan motor listrik di dunia saat ini masih memerlukan intervensi pemerintah, dan belum bisa diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar karena teknologi mobil listrik terutama baterai masih mahal.