Pengumuman baru ini meluas hampir dua kali lipat dari kampanye perbaikan massal (recall) yang sebelumnya diungkapkan. Awalnya, hanya terdaftar sekitar 17 juta kendaraan yang terdeteksi mengalami masalah airbag.
Tapi, setelah diperiksa kembali oleh Lembaga Nasional Keselamatan Jalan Raya (NHTSA) AS, pemasok airbag asal Jepang itu menambah lagi sebanyak 16 juta kendaraan yang terkena masalah, hingga total menjadi 34 juta unit.
Kasus ini akan menjadi recall di dunia otomotif terbesar yang pernah ada di AS dan dunia. Bahkan langsung menduduki peringkat teratas penarikan produk yang berada di tangan konsumen AS, demikian dikutip The Detroit News, Rabu (20/5/2015).
Sebagian besar inflator airbag yang cacat diyakini sensitif terhadap kelembaban. Ini bisa menyebabkan propelan meledak dengan kekuatan terlalu besar dan membuat pecah tabung inflator. Sudah ada beberapa kasus kematian dan lebih dari 100 orang cedera karena terkena serpihan tabung inflator.
Takata sendiri sudah mengalami pukulan setelah diwajibkan membayar denda sebesar 14.000 dollar AS (Rp 184,3 juta ) per hari oleh Pemerintah AS. NHTSA menuduh bahwa perusahaan tersebut sudah gagal untuk bekerja sama dalam investigasi yang sedang berlangsung.
Pengumuman terbaru ini juga muncul untuk menunjukkan pergeseran dalam strategi perusahaan. Takata sebelumnya menolak untuk mengakui cacat produksi, bahkan setelah jutaan unit terkena penarikan massal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.