Jakarta, KompasOtomotif — Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengumumkan, sepanjang 2014, kinerja ekspor mobil dalam bentuk utuh (CBU) dari Indonesia mencapai 202.273 unit, naik 183 persen dari setahun sebelumnya 170.958 unit. Para perakit mobil di Indonesia berusaha menambah ekspor seiring melemahnya pasar domestik.
Selain itu, nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat ekspor lebih menguntungkan ketimbang memasok pasar domestik. Lantas, bagaimana Indonesia berusaha terus meningkatkan kinerja ekspor mobil-mobil buatan Indonesia supaya semakin besar porsinya?
Vivek Vaidya, Wakil Presiden Divisi Otomotif dan Transportasi lembaga peneliti Frost & Sullivan, mengatakan, teknologi kerap menjadi jurang pemisah antara produk buatan lokal (Indonesia) dan kebutuhan pasar di luar negeri. Vivek menjelaskan, Indonesia menjalin kerja sama dengan Jepang melalui skema perjanjian bilateral, IJ-EPA.
Tetapi, kerja sama ini dalam hal otomotif hanya terkesan berpihak satu arah, dari Jepang ke Indonesia, bukan sebaliknya. "Masalah utama dalam kerja sama IJ-EPA adalah standardisasi. Produk mobil yang diproduksi di Indonesia tidak kompatibel dengan kebutuhan Jepang, termasuk kualitas, dan sangat sulit sekali memenuhi standar (Jepang)," jelas Vivek.
Sampai saat ini, hanya PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang berhasil mengekspor pikap Toyota LiteAce ke Jepang dari Indonesia. Sedangkan hampir semua merek Jepang bisa mengekspor mobilnya ke Indonesia.
Yongkie D Sugiarto, Ketua I Gaikindo, mengatakan, salah satu kendala menggenjot ekspor mobil dari Indonesia adalah standar emisi. Indonesia saat ini masih mengacu standar gas buang Euro 2. Padahal, negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah memberlakukan Euro 4, bahkan di beberapa negara maju sudah Euro 5 dan Euro 6.
"Makanya, sekarang ini pabrik ATPM di Indonesia kalau mau ekspor harus menyiapkan dua produk. Untuk produk lokal (Indonesia) cukup Euro 2, tapi kalau untuk ekspor wajib dinaikkan standar emisinya, jadi harus dua produksi berbeda. Ini masalah juga," beber Yongkie.
Tahun ini, Gaikindo berharap kinerja ekspor bisa dinaikkan lagi, meski belum mau menjelaskan berapa jumlahnya. Vivek menambahkan, Indonesia wajib membidik negara-negara berkembang dengan level teknologi yang setara dengan model mobil produksi dalam negeri, seperti Kamboja, Vietnam, dan Laos.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.