Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toyota dan Nissan Makin Berseberangan

Kompas.com - 23/06/2014, 07:56 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Yokohama, KompasOtomotif — Dalam beberapa bulan terakhir, Toyota Motor Corporation dan Nissan Motor Corporation semakin memperlebar jurang pemisah dalam pandangan kendaraan ramah lingkungan di masa depan. Toyota bertaruh dengan teknologi hibrida dan sel bahan bakar (fuel cell), sementara Nissan semakin "pede" dengan mobil listrik.

Nissan berambisi menjadi pemimpin di pasar mobil listrik dunia. Sementara itu, Toyota ingin memperluas dominasinya di segmen hibrida. Awal Juni lalu, Nissan menyatakan sudah menyiapkan empat mobil listrik murni, menyisakan dua model lagi setelah Leaf dan e-NV200 yang baru saja diluncurkan ke pasar.

Di sisi lain, Toyota memastikan menghentikan produksi mobil listriknya setelah mengakhiri kerja sama dengan Tesla Motors Incorporated, untuk merakit RAV4 listrik, mulai tahun ini.

"Ketika hal itu berhubungan dengan teknologi bebas emisi, kami bisa dibilang sangat religius. Kami akan menjadi pemimpin pertama di bidang ini. Tanpa diragukan, itu posisi kami," ujar Andy Palmer, Chief Planning Officer Nissan, dilansir Automotive News Minggu (22/6/2014).

Komitmen
Kedua perusahaan menyatakan bahwa mereka mengembangkan teknologi ramah lingkungan, yang sesuai dengan berbagai karakteristik jalan di dunia. Namun, keduanya benar-benar berkomitmen tinggi, ditunjukkan dengan jumlah investasi besar yang digelontorkan pada masing-masing proyek. Nissan fokus menggarap mobil listrik, sementara Toyota tetap fokus pada hibrida.

Setiap langkah yang diambil kedua merek terbilang berisiko. Mobil listrik masih dihantui masalah harga mahal dan jarak tempuh yang terbatas, sedangkan hibrida juga masih mahal dan mulai mendapat tantangan dari mesin konvensional berteknologi baru yang berkapasitas lebih kecil tetapi juga irit bahan bakar.

Dengan kata lain, volume penjualan kedua jenis kendaraan masih akan terbatas di masa depan. Penjualan hibrida dan mobil listrik diprediksi hanya mencakup 7 persen dari total penjualan mobil global pada 2020, menurut lembaga peneliti IHS Automotive.

"Faktor terpenting adalah siapa yang mau membeli mobil-mobil ini. Prediksi kami bisa lebih rendah dari apa yang Anda perkirakan," ujar Atsushi Ishii, Manajer Senior IHS Automotive.

Nissan/Carscoop Dipasok ke 20 negara di seluruh dunia, mulai Juni 2014.
Target
Nissan, misalnya, sudah pernah malu karena gagal dua kali mencapai target penjualan mobil listrik yang sudah ditetapkan. Bahkan, sejumlah pihak masih banyak yang meragukan kalau Nissan bersama aliansinya, Renault, mampu mencapai penjualan 1,5 juta unit sampai akhir tahun fiskal 2017.

Pasalnya, sejak diluncurkan perdana Desember 2010 sampai April 2014, total penjualan Leaf baru tercatat 155.682 unit. Sementara itu, untuk model terbarunya, e-NV200, Andy Palmer masih malu-malu untuk menyampaikan. Kendaraan multiguna ini mulai dijual Juni 2014 di Eropa, disusul Jepang (Oktober), dan Amerika Utara masih belum diputuskan.

Andy menekankan kalau Toyota butuh lima tahun untuk menembus 100.000 unit penjualan hibrida di dunia setelah mulai memasarkannya 1997. Sementara itu, Leaf sudah berhasil menjual 119.000 unit hanya dalam tiga setengah tahun.

"Saya tidak percaya kalau hibrida jadi obat mujarab saat ini. Memang bukan karena tidak terbukti sukses di Amerika Serikat, di Inggris. Cukup membuktikan kalau 'hibridadisasi' tidak sukses, teknologi ini tidak menyelesaikan masalah karena masih punya knalpot, menghasilkan emisi," beber Palmer.

Hidrogen
Kini, Toyota tengah fokus mengembangkan teknologi sel bahan bakar hidrogen yang bebas emisi. Produsen mobil terbesar di dunia ini bahkan sudah siap melepas model perdananya ke pasar tahun depan dan akan memenuhi standar mandat pemerintah kota California terhadap teknologi bebas emisi.

Untuk menyukseskan ini, Toyota berdampingan dengan teknologi hibrida yang sudah lebih dulu ada di pasar dan mobil listrik dari kompetitior. IHS memprediksi mobil hibrida 6 persen pada 2020 dari posisi saat ini 3 persen terhadap total penjualan global, sedangkan mobil listrik porsinya hanya 1 persen dan belum ada prediksi untuk hidrogen.

Dominasi pasar justru masih berasal dari mesin konvensional berteknologi baru yang lebih irit dan kecil kapasitasnya, mencakup 93 persen. Teknologi stop-start, mengurangi jumlah silinder, dan turbo jadi solusi paling cepat bagi emisi lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau