Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yamaha: Suara Mesin 2-silinder Lebih "Merdu"

Kompas.com - 16/05/2014, 17:33 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Banda Aceh, KompasOtomotif - Hingga saat ini, Astra Honda Motor (AHM) belum meresmikan harga jual All-New CBR250R, meski sudah diluncurkan dua hari lalu, Rabu (14/5/2014), di Jakarta. Direktur Pemasaran AHM, Koichi Mizuno, mengungkapkan, kepastian harga masih menunggu pertimbangan banderol kompetitor.

Meski tidak lugas diungkapkan, indikasi kuat AHM menunggu kepastian banderol Yamaha R25, yang akan diumumkan saat peluncuran pada 20 Mei di Medan. Menanggapi hal tersebut, Eko Prabowo, GM Marketing Communication & Community Development Yamaha Indonesia, di Banda Aceh, Jumat (16/5/2014), mengatakan, berapapun harga jual yang dipatok buat produk di kelas 250 cc seharusnya biar konsumen yang menilai.

"Kalau pede dengan produknya, kenapa harus nunggu R25?", kata Eko dengan nada penasaran. Ia melanjutkan, logikanya, (konsumen) yang sudah main di segmen sport sudah pasti kenal teknologi. Cara berpikir produsen seharusnya tidak konvensional, dipikirkan bagaimana cara memberikan kelebihan produk kepada konsumen. Kendati demikian, Eko tetap menghormati strategi masing-masing pabrikan, dijelaskan, banderol R25 sudah ditetapkan sejak jauh hari.

Suara
Berulang kali Yamaha Indonesia menegaskan, harga jual R25 dengan konsep produksi lokal bakal menggempur pasar sport 250 cc. Dibanding dengan CBR250R, poin penting yang dianggap menjadi salah satu faktor penentu persaingan, yakni ciri khas suara raungan mesin.

"Meskipun dari sisi harga nantinya mirip-mirip, konsumen sudah mengerti mesin 2-silinder bunyinya lebih merdu dibanding 1-silinder," ujar Eko.

Berkembang
Berdasarkan pertimbangan tingkat ekonomi konsumen menengah yang semakin bertumbuh, segmen sport diyakini melaju semakin pesat. Yamaha Indonesia, menjelaskan, tidak terlalu khawatir dengan persoalan harga jual, pasalnya dari sisi volume memang tidak dominan dibanding penjualan seluruh model. 

Namun yang ditekankan, emosional konsumen dengan produk. "Dengan meningkatnya pendapatan per kapita, ditambah daya beli bagus, orang dengan 'status' tinggi mulai mencari produk yang beda. Saya rasa di sini konsumen sedikit mirip segmen CBU, tidak terlalu terpengaruh merek," imbuh Eko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau