Kabar gembira bagi masyarakat di Indonesia. Pohon jarak yang begitu gampang tumbuh di bumi kita, nilainya sebagai komoditas makin tinggi. Bila beberapa tahun lalu masyarakat disuruh menanamnya untuk menghasilkan minyak yang akan digunakan sebagai campuran bensin atau diesel, ternyata produsen komponen mobil kini juga mulai menggunakannya sebagai bahan dasar radiator.
Produsen komponen mobil yang sudah menyatakan segera memproduksi tangki radiator dari minyak jarak adalah Denso, Jepang, sebuah perusahaan besar, beraliansi dengan Toyota, produsen mobil nomor satu di dunia. Denso juga punya pabrik di Indonesia.
Bulan lalu, Denso memutuskan segera memproduksi tangki radiator dari minyak jarak mulai musim semi 2009 secara massal dan akan dipasarkan di seluruh dunia.
Nah, dengan minyak jarak yang bisa diperbarui, hal itu akan sangat membantu produsen komponen memproduksi komponen dengan harga yang kompetitif. Tak kalah penting, ramah lingkungan dan ikut mengurangi pemanasan global yang makin mencemaskan.
Untuk membuat tangki radiator dari minyak jarak ini, Denso bekerja sama dengan DuPont Kabushiki Kaisha. “Pilihan terhadap jarak makin besar karena bukan jenis tanaman untuk makanan,” jelas Carole Davies, Marcomm Programs Manager DuPont Automotive.
Tangki radiator sekarang dibuat dari nilon 66 yang diperkuat dengan serat gelas. Mulai musim semi nanti, tangki radiator untuk kendaraan penumpang, 40 persen bahan dasarnya adalah resin jarak.
Resin tersebut diperoleh dari reaksi kimia antara dua senyawa organik dari pohon jarak dan minyak minyak bumi. Sebagai tambahan dan juga penguat digunakan serat gelas.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Doug Patton, Senior Wakil Presiden Rekayasa Denso International Amerika, resin baru digunakan pada bagian bawah dan atas radiator. Berarti, bagian inti masih menggunakan aluminium.
Sebelumnya, pengembangan resin dari tanaman dengan prosentase tinggi untuk komponen di ruang mesin, seperti tangki radiator yang harus tahan terhadap panas, agak susah dikembangkan. Kini, ternyata Denso dan DuPont telah berhasil.
Jika dibandingkan dengan radiator konvensional, produk baru ini melepas kabon dikosida (CO2) yang lebih sedikit ke atmosfir selama siklus proses pembuatan dan penggunaannya. Pasalnya, bahan dasar dari tanaman menyerap karbon dioksida.