Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Bus Pariwisata di Kota Batu, Kenapa Rem Bus Sering Blong?

Kompas.com - 09/01/2025, 12:05 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

BATU, KOMPAS.com - Bus pariwisata terlibat kecelakaan dengan beberapa kendaraan lain, diduga karena mengalami rem blong saat jalan menurun di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (8/1/2025).

Rem bus dengan nomor polisi DK 7942 GB tersebut diduga mengalami rem blong sehingga kemudian hilang kendali saat melewati jalanan menurun di Jalan Imam Bonjol.

Baca juga: Proyeksi Penjualan Mobil Indonesia 2025: Harapan Gaikindo

Bus yang melaju tanpa kendali tersebut kemudian menabrak kendaraan lain. Beberapa korban tewas ditemukan di depan Mal Batos, diduga adalah pengendara motor yang terseret bus.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by IDN Times Jatim (@idntimes.jatim)

 

Sementara belasan korban lainnya mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata dan RS Karsa Husada.

“Korban sementara ada 12, tapi ada empat orang meninggal, termasuk satu anak-anak. Tujuh sisanya luka ringan dan satu luka berat,” kata Kapolres Batu AKBP Andi Yudha Pranata, dikutip dari Kompas.com, Rabu (8/1/2025).

Kecelakaan bermula ketika bus yang mengangkut rombongan SMK Bali Global Badung keluar dari Museum Angkut.

Baca juga: Proyeksi Penjualan Mobil Indonesia 2025: Harapan Gaikindo

Bus kemudian sempat mengalami masalah teknis yang tidak bisa diatasi sopir sebelum kecelakan. Bus melaju secara tidak terkendali dan menabrak kendaraan-kendaraan di depannya.

Secara umum, pemicu terjadinya rem blong bisa karena terjadi masalah teknis terkait sistem rem kendaraan. Namun, faktor kesalahan sopir juga dapat memicu terjadinya rem blong.

Kurnia Lesani Adnan, Ketua IPOMI & Ketua Bidang Angkutan Orang DPP Organda, mengatakan, penyebab terjadinya rem blong pada bus sebenarnya ada banyak faktor, tidak hanya dari kinerja rem rusak.

“Sistem rem bus sendiri ada dua model, yaitu perpaduan udara bertekanan dengan minyak rem dan udara bertekanan sepenuhnya,” ucap Sani kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Review Konsumsi BBM New Honda PCX 160: Realita Vs Klaim

Sani menjelaskan, sistem rem udara bertekanan dengan hidrolik masih menggunakan minyak rem.

Fluida atau cairan tersebut didorong oleh udara bertekanan dalam saluran terpisah sehingga diharapkan lebih efektif dalam menghambat laju kendaraan.

“Tapi sistem ini (rem udara dan minyak) rentan panas dan blong apabila suplai udara bertekanannya kurang, sehingga rem tidak mampu memperlambat laju kendaraan secara optimal,” ucap Sani.

Sementara itu, Sani mengatakan, udara bertekanan untuk rem ini disuplai dengan memanfaatkan putaran mesin. Bila terjadi tekor pada suplai udara bertekanan sistem tidak ada pengamannya berbeda dengan sistem rem udara sepenuhnya.

Baca juga: Honda CB750 Hornet Terbaru Siap Meluncur

“Sistem rem udara sepenuhnya tidak lagi menggunakan minyak atau fluida, gaya dorong pengereman sepenuhnya memanfaatkan udara bertekanan untuk menggerakkan mekanisme remnya,” ucap Sani.

Sani mengatakan, sistem rem ini bisa dibilang lebih aman karena apabila terjadi tekor suplai udara bertekanannya, sistem akan mengunci roda secara otomatis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau