Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Skema Pengolahan Limbah Baterai Kendaraan Listrik

Kompas.com - 08/09/2022, 18:38 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Penetrasi mobil dan motor listrik mungkin belum sebanyak kendaraan konvensional dengan internal combustion engine (ICE).

Meski begitu, melihat strategi yang diterapkan pemerintah, bukan tak mungkin electric vehicle bakal mendominasi di jalanan.

Namun selain mendorong penjualannya, pemerintah perlu memikirkan bagaimana pengolahan limbah baterai kendaraan listrik. Apalagi usia baterai disebut berkisar 10 tahun.

Dengan penjualan kendaraan listrik yang terus bertumbuh ke arah ribuan unit per tahun, tentu saja limbah baterai bisa menjadi momok bagi lingkungan apabila pengolahannya tidak tepat.

Baca juga: Perbedaan SPBU Merah, Biru dan Hijau Milik Pertamina

Motor listrik Gogoro yang mengoperasikan stasiun swap, mengganti yang lama dengan baterai baru yang terisi penuh.  Nikkei Motor listrik Gogoro yang mengoperasikan stasiun swap, mengganti yang lama dengan baterai baru yang terisi penuh.

Endang Djuana, akademisi dari Universitas Trisakti, yang juga dosen dari Prodi Teknik Elektro, mengatakan, perlu persiapan matang dalam menyambut tren kendaraan listrik, termasuk dalam hal pengolahan limbah baterai untuk mengurangi beban sampah kendaraan listrik.

“Memang saat ini asumsinya kalau baterai sudah tidak memenuhi standar electric vehicle kesannya dibuang gitu ya. Tapi sebenarnya ini masih bermanfaat,” ujar Endang, dalam webinar yang disiarkan Youtube Infokpbb (8/9/2022).

“Dia masih punya daya simpan, daya yang bisa disampaikan mungkin untuk aplikasi yang lebih ringan, misalkan elektronik-elektronik yang lain. Jadi memang skema recycle-nya yang nanti sangat perlu,” kata dia.

Baca juga: Cuma 400 Unit, Motor Jadul Yamaha SR400 Kembali Diproduksi

Menurutnya, tren kendaraan listrik memang tengah berkembang, tapi belum sepenuhnya dinikmati masyarakat.

Sebagai contoh, sudah banyak penyedia swap baterai di beberapa mini market. Namun fasilitas tersebut masih sepi dari kendaraan listrik.

“Mungkin karena enggak ada yang mau pakai. Padahal itu salah satu solusi juga. Jadi enggak sedikit-sedikit baterainya baru terus. Dan itu kan di-maintain oleh penyedia layanan. Jadi enggak perlu masing-masing me-maintain,” ucap Endang.

“Jadi sebenarnya masih ada nilai kegunaannya. Dialihkan untuk elektronik lain yang kebutuhan dayanya tidak sebesar electric vehicle,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau