Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran Penting dari Kasus Tabrak Pejalan Kaki yang Berujung Maut

Kompas.com - 01/03/2020, 11:24 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang marak terjadi belakangan ini banyak menjadikan pejalan kaki sebagai korban.

Meskipun pejalan kaki sudah berjalan pada tempat sudah disediakan, tetap saja bahaya bisa mengintai mereka kapan pun dan dimana pun.

Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan, ketika sudah berada di jalan, masyarakat harus siap mendapat sesuatu yang tidak terduga.

Baca juga: Cari Mobil Diesel Bekas, Masih Ada yang Lebih Murah dari Panther

“Baik pengendara mobil, pengendara motor atau bahkan pejalan kaki pasti akan ada bahaya yang mengintai ketika sudah berada di jalan. Walau mereka sudah berada di jalur yang benar sekalipun,” ujar Jusri ketika dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu

Salah satu cara untuk meminimalisir hal tersebut pengguna mobil seharusnya sudah mulai sadar dan mengikuti aturan bunyikan klakson sebelum jalankan mobil untuk memberi tahu kepada pejalan kaki atau orang yang berada di sekitar.

Jusri mengatakan, “harusnya pengguna mobil biasakan membunyikan klakson dua kali ketika ingin maju, dan klakson tiga kali ketika akan mundur.”

Menurut Jursi, tidak hanya pengguna mobil dan motor, namun banyak kesalahan yang juga dilakukan oleh pejalan kaki ketika berada jalan. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah main ponsel dan tidak memperhatikan keadaan sekitar.

Baca juga: Stok Isuzu Panther Bekas Menipis, Sekarang Kijang Kapsul Lebih Dicari

“Banyak pejalan kaki ketika ingin menyebrang tidak menengok kanan kiri, terlalu santai, lalu masih memegang HP. Hal ini kan sangat berbahaya. Mereka harus melihat segala kemungkinan tentang objek yang bergerak didekatnya,” kata Jusri.

Training Director Safety Defensive Consultant, Sony Susmana, turut angkat bicara, menurutnya sebagai pejalan kaki juga harus memperhatikan hal-hal sepele padahal sebenarnya bisa  menyebabkan kematian.

Baca juga: Hasil Sidang Isbat: Idul Fitri 2025 Jatuh pada Senin 31 Maret

“Melintas di depan mobil itu sebetulnya tidak boleh dilakukan, harus melewati belakang mobil, apalagi mesin mobil dalam posisi hidup, karena tidak akan pernah ada yang tahu kalau tiba-tiba mobil tersebut maju,” ujar Sony.

Disarankan untuk melintas di belakang mobil, karena ketika mobil ingin mundur otomatis pengguna jalan melihat lampu rem yang menyala sehingga mereka bisa menghindar.

Kalaupun tidak ada jarak dan terpaksa melintas di depan mobil, Sony menyarankan untuk bergegas dan tidak jalan dengan santai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau