JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya minat masyarakat menjajal Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Elevated II, membuat kemacetan panjang pun tak bisa dihindari. Apalagi momennya bertepatan dengan musim libur Natal dan Tahun Baru.
Tapi selain karena euforia, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi, mengatakan, terjadinya antrean panjang pada puncak arus mudik akhir pekan lalu (21/12/2019) juga disebabkan kepadatan mendekati Km 48 akibat adanya pertemuan dari tol layang dan tol Cikampek konvensional.
"Ada penyempitan lajur dari enam menjadi empat. Selain itu, 500 meter sebelum pintu tol layang banyak bus dan truk yang mengambil di lajur satu sehingga menghambat kendaraan golongan 1 yang akan masuk ke tol layang, " ucap Budi dalam keterangan resminya, Minggu (22/12/2019).
Kondisi diperparah dengan banyaknya kendaraan yang segera mau masuk rest area di Km 50 setelah tol layang berakhir. Kapasitas rest area ini relatif kecil, sehingga kapasitas terbatas, mengakibatkan perlambatan di bahu jalan.
Baca juga: Awas Pecah Ban saat Melintas di Tol Layang Japek, Ini 5 Penyebabnya
Dikarenakan hal tersebut, Budi mengimbau masyarakat untuk tidak memaksakan diri melewati tol layang terpanjang di Indonesia tersebut. Terutama bila sudah terihat adanya kepadatan lalu lintas saat hendak naik.
Sementara untuk menghindari adanya masalah kendaraan yang akan melintasi tol layang, Budi meminta pemilik mobil lebih dulu untuk memastikan kondisi kendaraannya dalam keadaan prima serta bahan bakar yang mencukupi.
Seperti diketahui, Tol Layang Jakarta-Cikampek yang memiliki panjang hampir mendekati 38 km tersebut, tidak memiliki rest area. Aksesnya pun dibuat khusus untuk perjalanan jauh, sementera masyarakat yang hendak ke Bekasi atau Karawang disarankan tetap lewat bawah lantaran tak ada akses turun di tengah-tengahnya.
"Kami telah berkoordinasi dengan Jasa Marga selaku operator untuk melakukan patroli di tol layang mengenai persediaan BBM darurat bagi masyarakat yang kehabisan bensin saat berada di atas jalan tol layang," kata Budi.
Baca juga: Lewat Tol Layang Japek Pangkas Waktu Tempuh dan Lebih Hemat BBM
Dalam kunjungannya, Budi juga sempat memberikan beberapa usulan untuk Jasa Marga terkait masalah tol layang yang perlu untuk segera diperbaiki, yakni :
1. Posisi Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan (RPPJ) agar diatur supaya lebih jelas terbaca oleh pengemudi dan agar disediakan juga RPPJ yang disertai lampu penerangan jalan agar terbaca dengan jelas di malam hari.
2. Marka lama agar dihapus supaya tidak tumpang tindih dengan marka baru di area menuju akses masuk jalan tol layang di Km 10.
3. Pengaturan kembali lokasi concrete barrier dan water barrier untuk memudahkan pergerakan menuju akses masuk tol layang di Km 10.
4. Mensosialisasikan kembali pembatasan kecepatan (80 kpj) dan segera dipasang rambu batas kecepatan minimal dan maksimal (60-80 Kpj) secara berulang, karena masih banyak kendaraan yang melaju di atas 80 kpj
5. Sosialisasi mengenai akses masuk ke tol layang yang di Jatiasih dan Rorotan karena sebagian orang masih mengira akses masuk hanya dari Cikunir (Km 10).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.