Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kapan Raize Meluncur di Indonesia, Ini Kata Toyota

Kompas.com - 16/12/2019, 13:24 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Jepang resmi mengenalkan SUV kompaknya pada November lalu, yakni Raize.

Sejak meluncur, mobil yang merupakan kembaran Daihatsu Rocky ini langsung mendapat animo yang cukup besar dengan angka pemesanan hingga ribuan unit.

Menurut Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy, Raize memang mendapat respon positif di Jepang dengan inden cukup panjang sampai setengah tahun.

"Raize responnya bagus, beberapa waktu lalu saya dapat info saat ke Jepang indennya hingga enam bulan. SPK yang sudah masuk itu sekitar 30.000-an, kalau ditotal bersama Daihatsu mungkin 40.000-an bila tidak salah," ucap Anton kepada media di Jakarta, pekan lalu.

Baca juga: Toyota Siapkan Pasukan Mobil Elektrifikasi di 2020

Lantas bagaimana dengan peluang Raize untuk masuk Indonesia. Menjawab soal ini, Anton tak ingin terlalu cepat untuk menanggapinya, meski secara respon memang cukup baik namun bisa untuk memasarkan Raize di Tanah Air, menurut dia butuh study lebih lanjut.

Toyota Raize, kembaran Daihatsu Rocky yang siap meluncur Toyota Raize, kembaran Daihatsu Rocky yang siap meluncur

Bahkan ketika disinggung soal kompetisi bila nanti Raize benar-benar dijual di Indonesia, Anton pun masih enggan untuk menanggapinya. Termasuk soal posisi Raize apakah berada di bawah Rush atau di atasnya.

"Sabar, kami study dulu ya," kata Anton.

Baca juga: Lebih Gagah, Toyota Raize Hadir dalam Varian TRD dan Modellista

Berbicara soal kubukasi mesin 1.000 cc yang digunakan Raize, apakah akan cocok untuk pasar Indonesia, Anton menjawab sebenarnya hal tersebut bukan patokan utama dari konsumen di Tanah Air. Karena posisi pertama yang dilihat konsumen lebih banyak dari sisi harga.

Toyota Raize resmi meluncur di Jepang Toyota Raize resmi meluncur di Jepang

"Konsumen melihat sebenarnya bukan hanya dari cc, tapi satu itu harga, kemudian packaging-nya, lalu power-nya, terus fuel consumption-nya bagaimana. Saya kita masalah cc ini adalah kebijakan dari kami sebagai pembuat, kalau konsumen lebih ke power dan efesiensi bahan bakar," ujar Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com