Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panik Saat Ban Pecah, Lebih Baik Tambah Gas Ketimbang Injak Rem

Kompas.com - 17/09/2019, 12:11 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kejadian naas kembali mewarnai jagat transportasi Indonesia. Belum lama ini sebuah Suzuki APV yang diisi sembilan penumpang mengalami kecelakaan di Tol Jagorawi (15/9/2019).

Penyebab kecelakaan berasal dari roda belakang sebelah kanan yang pecah saat kendaraan berjalan di lajur tiga. Seketika mobil terguling, tiga orang dinyatakan tewas dan enam lainnya mengalami luka ringan hingga berat.

Baca juga: Fitur Mewah TPMS Bisa Juga Dipasang di Mobil Murah

Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia, Fachrul Rozi, mengatakan ada kemungkinan pengemudi Suzuki APV tersebut mengalami panik sesaat sebelum kecelakaan. Hal ini membuat mobil terguling hingga beberapa meter ke depan.

Baca juga: Belajar Dari Kecelakaan Tol Jagorawi, Begini Antisipasi Ban Pecah

Foto ban pecah atau meleleh yang disebut karena melindas botol berisi air keras dan beredar di grup-grup percakapan.- Foto ban pecah atau meleleh yang disebut karena melindas botol berisi air keras dan beredar di grup-grup percakapan.

“Ketika pecah ban jangan injak rem, lebih baik injak gas, terutama buat pengemudi yang panik atau latah, daripada injak rem lebih baik injak gas saja,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com (17/9/2019).

Baca juga: Pentingnya Merotasi Ban Mobil Demi Manfaat Optimum

Rozi menjelaskan, ban pecah mengakibatkan gaya tarik ke samping menjadi lebih besar ketimbang gaya tarik ke depan. Tak heran kondisi ini membuat setir cenderung lebih berat, mengikuti arah pecahnya ban. Singkatnya mobil bisa oleng dan terguling di jalan.

Baca juga: Benarkah Jalan Beton Bikin Ban Gampang Aus?

Sementara itu kondisi mobil yang semakin lambat bakal memperbesar gaya tarik ke samping tersebut. Pengemudi harus lebih dulu bersiap menghadapi keadaan ini, salah satunya dengan menahan setir sekuat tenaga.

Baca juga: Ban Pecah Diduga Penyebab Kecelakaan Maut di Tol Jagorawi

Ilustrasi pecah ban: Kecelakaan tunggal di Tol Jagorawi, Minggu (15/9/2019), karena mobil mengalami pecah ban.Shutterstock Ilustrasi pecah ban: Kecelakaan tunggal di Tol Jagorawi, Minggu (15/9/2019), karena mobil mengalami pecah ban.

“Bagi pengemudi panik, untuk menenangkan diri sambil melaju saja. Tambah gas sedikit agar tercipta gaya tarik ke depan, kalau sudah siap baru kurangi kecepatan secara perlahan,” ucap Rozi.

Baca juga: Dua Penyakit yang Jadi Sebab Utama Pecah Ban di Jalan

“Perlu diingat jangan direm ya, kurangi kecepatan dengan lepas gas dan menurunkan gigi saja, tapi jangan tiba-tiba lakukan secara perlahan saja,” katanya.

Penyebab Pecah Ban

Jika tekanan angin yang kurang membuat kawat di dinding ban mengalami stress. Dalam hal ini, dinding ban yang berfungsi sebagai penahan utama bobot mobil ke jalan, tidak mampu lagi bekerja dengan baik.

Baca juga: Sekitar 2 Juta Kendaraan di Jakarta Terancam Jadi Besi Rongsok

“Kalau sudah terus-terusan seperti ini, kawat bisa putus, hingga membuat dinding ban sobek. Apalagi saat berjalan, ban cenderung menjadi panas,” ujarnya kepada Kompas.com (17/9/2019).

Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga kondisi tekanan angin sesuai tire placard yang terletak di bagian pintu mobil atau pilar B.

Menurutnya lebih baik kelebihan daripada kekurangan tekanan angin. Rozi mengilustrasikan, kondisi tekanan angin yang harusnya diisi 32 psi, namun diisi 35 psi dinilai lebih aman. Ketimbang yang harusnya 32 psi, tapi hanya diisi 25 psi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau