Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Bangun Pabrik Baterai Tanpa Ada Kendaraan Listrik

Kompas.com - 01/02/2019, 13:42 WIB
Setyo Adi Nugroho,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sudah memulai era industri kendaraan listrik dengan membangun pabrik baterai di Morowali, Sulawesi Tengah. Ini dilakukan sebagai langkah memenuhi target 20 persen kendaraan listrik di 2025 dan menjadikan Indonesia pemain di produk kendaraan listrik.

Beragam studi mengenai dampak kendaraan listrik di Indoneisa telah dilakukan. Termasuk salah satunya dilakukan The Institute of Energy Economic, Japan (IEEJ) yang meneliti dampak kendaraan listrik terhadap ekonomi, environment (lingkungan) dan energi.

Dalam studi tersebut disebutkan bahwa pengembangan baterai untuk kendaraan listrik bila dilakukan terlalu cepat justru akan berakibat negatif. Ini karena produk baterai bisa jadi tidak sesuai dengan kendaraan listrik yang ada.

“Kesimpulan studi, bila pengembangan baterai untuk kendaraan listrik lebih cepat dibanding kesiapan kendaraan listriknya dapat menimbulkan hal negatif. Sebab eror (ketidaksesuaian baterai dan kendaraan) akan sangat besar,” ucap peneliti senior IEEJ Ichiro Kutani saat pemaparan di Kementerian Perindustrian, Selasa (29/1/2019).

Baca juga: Pabrik Baterai Kendaraan Listrik di Morowali Resmi Dibangun

Kutani mengungkapkan, pengembangan baterai untuk kendaraan listrik wajib disertai dengan pengembangan kendaraannya. Dalam hal ini, pengembangannya dilakukan sejalan dan beriringan.

Permasalahan lain adalah, mahalnya teknologi baterai membuat negara dapat mengeluarkan dana besar untuk terjun dalam industri ini. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana hasil produksi baterai dapat terserap dengan baik.

Meski demikian, langkah pemerintah membangun pabrik baterai dinilai sebagai langkah baik menyambut persaingan industri di masa depan. Terutama saat industri kendaraan listrik terus meningkat dalam kurun waktu satu dasawarsa ke depan.

Kendaraan listrik untuk mobil kecil diperkirakan akan booming di 2030. Artinya tahun tersebut pengembangan baterai merupakan persaingan yang ketat sekali,” ucap Kutani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau