Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Tanda Batas Ban yang Harus Diganti

Kompas.com - 11/12/2018, 08:42 WIB
Aditya Maulana,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ban merupakan salah komponen penting dalam kendaraan bermotor, yang berhubungan langsung dengan jalan. Oleh sebab itu, kondisinya perlu dijaga dan diperhatikan demi keamanan dan keselamatan.

Apabila sudah tidak laik, maka harus diganti dengan yang baru. Lantas bagaimana mengenal atau mengetahui ciri ban yang sudah aus, agar pemilik mobil atau sepeda motor itu menggantinya?

Menurut National Sales Manager UHP Goodyear Indonesia Romijo Huka, paling utama cukup melihat tanda tire wear indicator (TWI). Tanda itu pada umumnya berbentuk segitiga atau tanda panah dan jumlahnya lebih dari satu.

"Kalau sudah tidak ada tanda itu, artinya ban itu sudah aus. Tanda itu juga sebagai standar atau patokan ban yang masih bagus atau tidak," ujar Romijo ketika dihubungi Kompas.com, Senin (10/12/2018) sore.

Baca juga: Bedanya Ban Vulkanisir dan Suntikan

Romijo melanjutkan, tanda berbentuk segitiga itu terletak di sisi atau dinding ban. Dia juga memastikan ban suntikan yang banyak dijual oleh pedagang ban pinggir jalan sudah tidak memiliki logo TWI.

"Karena tanda itu dihabiskan lagi oleh merka untuk membuat alur baru. Padahal sudah tidak tebal lagi, karena ban bekas diukir lagi agar terlihat seperti baru, dan itu berbahaya," kata dia.

Kode regroovable pada ban yang bisa divulkanisir.touringonline.wordpress.com Kode regroovable pada ban yang bisa divulkanisir.

Yulfahmi, Technical Manager Motorcycle PT Gajah Tunggal Tbk, juga pernah menjelaskan soal ciri ban yang harus diganti, terutama untuk jenis ban tubeless. Kata dia, apabila sudah timbul benjolan atau sering ditambal sebaiknya diganti dengan yang baru.

"Kalau terlalu sering ditambal, akan membuat daya ban itu sendiri jadi kurang maksimal, karena kemungkinan udara masuk dari luar masih cukup tinggi," ujar Yulfahmi beberapa waktu lalu.

Ban yang sudah retak atau benjol, lanjut Yulfahmi berbahaya, sebab potensi untuk bisa meledak cukup tinggi. Kondisi tersebut secara keamanan juga tidak baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau