Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SNI Wajib Pelumas Makin Dekat, Importir Oli Resah

Kompas.com - 21/08/2018, 09:46 WIB
Azwar Ferdian

Editor

Jakarta, KOMPAS.COM - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian berencana mewajibkan Standar Nasional Indonesia (SNI) buat pelumas otomotif, yang peraturannya akan rampung dalam waktu dekat. Situasi ini membuat importir pelumas resah.

Perhimpunan Distributor dan Importir Pelumas Indonesia (PERDIPPI) memberi catatan terkait alasan dasar penerbitan aturan SNI Wajb tersebut. Menurut PERDIPPI, ada beberapa fakta yang dianggap bertentangan di balik rencana SNI tersebut.

“Ada sejumlah alasan yang dijadikan dasar dari penerbitan aturan SNI itu yang bertentangan dengan fakta di lapangan. Sehingga, alasan-alasan yang diungkapkan tersebut tidak berdasar atau bahkan bertentangan dengan realitas yang ada,” papar Ketua Umum PERDIPPI, Paul Toar, Selasa (21/8/2018).

Pertama, alasan penerbitan SNI Wajib itu dikarenakan pelumas impor tidak bisa dijamin kualitasnya. PERDIPPI menolak hal tersebut. Paul mengatakan, pelumas impor telah melalui proses pengujian laboratorium Lemigas dengan 14 parameter uji kimia fisika, sebelum diizinkan beredar.

Baca juga: SNI Wajib Pelumas Justru Menguntungkan Konsumen

“Perusahaan minyak raksasa dunia sudah diakui kualitas produk dan kredibilitasnya seperti Shell, Exxonmobil, Mobil 1, Total, Castrol dan seterusnya. Kualitasnya sudah dijamin di negara asal masing-masing,” ungkap Paul.

Pelumas impor, lanjut Paul, juga tidak menguasai pasar pelumas nasional. Justru produk pelumas Pertamina masih menguasai 70 persen lebih market share pelumas di Indonesia.

Pemerintah menyatakan SNI Wajib pelumas ini sebagai cara negara memproteksi pelumas dalam negeri dari pelumas impor. Hanya saja menurut PERDIPPI, bahan baku minyak pelumas dalam negeri ternyata juga diimpor.

PERDIPPI, lanjut Paul, sebenarnya tidak mempermasalahkan soal SNI Wajib ini, tapi biaya pengurusan SNI yang diprediksi mencapai Rp 500.000.000,- /SKU/4 tahun, dianggap terlalu mahal. Ini akan berimbas pada harga jual pelumas impor dan berpengaruh pada daya beli masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau