Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Tambal Ban Tubeless secara Berulang-ulang

Kompas.com - 17/05/2018, 08:42 WIB
Alsadad Rudi,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

Karawang, KOMPAS.com - Tambal merupakan cara jitu untuk menyiasati rusaknya bagian ban yang rusak. Teknik ini bisa dipakai baik untuk ban dengan ban dalam (tubetyre) maupun tanpa ban dalam (tubeless).

Khusus tipe yang kedua, pengguna kendaraan disarankan tidak menambalnya berulang-ulang. Sebab bisa membuat ban rawan pecah.

Training and Product Evaluation Department Manager PT Bridgestone Tire Indonesia, Deni Arief Pribadi menilai untuk ban tubeless, sebaiknya ditambal maksimal empat kali.

Baca juga: Salah Tambal, Ban Tubeless Malah Bisa Rusak!

Deretan ban dengan harga promosi ada dijajakan di salah satu gerai Planet Ban R4Setyo Adi/Otomania Deretan ban dengan harga promosi ada dijajakan di salah satu gerai Planet Ban R4

"Kalau dilihat pada ban, itu ada empat kuardan. Paling tidak di setiap kuardannya ditambal satu lubang," kata Deni saat ditemui di pabrik Bridgestone di Karawang, pekan lalu.

Pada saat rusak terkena paku, Deni menilai chasing atau benang yang ada pada lapisan ban bisa putus. Sehingga jika terus menerus dibiarkan, karet akan mengembang dan pecah.

"Makanya satu lubang tidak boleh ditambal dua kali. Karena bisa expand dan pecah," ujar Deni.

Pelek jari-jari bisa kompatibel dengan ban tubeless.Youtube/M-One Pelek jari-jari bisa kompatibel dengan ban tubeless.

Product Development Specialist GT Radial Dodi Yanto punya pendapat berbeda dengan mengatakan, tidak ada batasan maksimal berapa titik permukaan pada ban tubeless yang masih bisa ditambal.

Namun ia menyebut area yang rusak tidak boleh terlalu besar diameternya dan jarak antar lubang juga tidak berdekatan. Selain itu, ukurannya juga tidak terlalu besar.

Baca juga: Cara Benar Tambal Ban Tubeless dari Planet Ban

"Tapi kalau benda asing yang merusak bannya gede dan setelah ditambel masih bocor, sebaiknya ban diganti. Karena konstruksi di dalam ban terdiri atas rangkaian benang nylon. Jadi pada saat ditusuk pakai jarum untuk nambal, karet tambalannya itu sudah merusak tatanan konstruksi di area itu," ucap Dodi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau