BERLIN, KOMPAS.com - Inilah cerita terbaru dari riset mobil yang dijalankan tanpa pengemudi langsung oleh tim AutoNOMOS dari Freie Universität Berlin’s, Jerman.Tim ini sejak 2006 sedang melakukan penelitian, mengembangkan sistem dengan target, nanti mobil tidak lagi memerlukan pengemudi alias mobil jalan sendiri.
Sebenarnya Oktober lalu, tim dari universitas ini juga melakukan percobaan yang sama. Namun waktu itu dengan menggunakan VW Passat sebagai taksi yang diperintahkan oleh penumpang melalui pikiran. Riset merupakan bagian dari program “MadeInGermany”.
Khusus untuk taksi digunakan perlengkapan tambahan yaitu, GPS, kamera video, pemindai lanser di dalam mobil dan radar untuk menuntun jalan mobil mobil secara otomatis. Selanjutnya perintah dilakukan melalui iPad.
Brain Power
Nah, kali ini, tim tersebut masih menggunakan VW Passat Variant 3c yang dimodifikasi. Sebagai alat penghubung antara otak manusia dan sistem kontrol pada mobil, tim sistem koneksi (interface) buatan Emotiv, yaitu EOPC. Program ini disebut oleh tim - pimpinan profesor Raul Rojas - sebagai aplikasi “BrainDriver” . Tujuan menguji proyek yang disebut “Brain Power”.
Tim menggunakan sinyal biolektrik yang dipasang di kepala “pengemudi” melalui 16 sensor electroencephagraphy (EEG), neuroheadset yang mencatat aktivitas otak. EEG dibuat oleh perusahaan Emotiv dari San-Francisco, untuk permaian elektronik dengan perintah otak.
Setelah duduk di belakang setir, pengemudi melakukan beberapa kali “latihan mental”, belajar menggerakan obyek virtual dengan pikiran. Setiap gerakan dihubungkan ke bentuk aktivitas otak yang berbeda dengan perintah belok kiri, belok kanan, tancap gas dan sebagainya. Periset kemudian memasukkan perintah ini ke WVPassat yang dilengkapi dengan komputer perintah drive by wire.
Pada tes pertama, mobil berjalan sendiri menuju ke persimpangan. Pada titik tertentu, manusia yang berada di dalamnya cukup menggunakan pikiran untuk memerintahkan berbelok. Sedangkan pada tes kedua - dilakukan di bandara lama Berlin Tempelhof - pengemudi terus-menerus mengontrol setir, pedal gas dan rem melalui pikiran. Hasilnya, masih terjadi keterlambatan antara mental dan reaksi kendaraan yang sesungguhnya.
Video riset ini sudah dipublikasikan di internet. Dikatakan, riset “Brain Driver” baru sebatas uji-coba dan belum siap digunakan di jalan raya. Namun nantinya, jika sudah siap, akan meningkatkan kemampuan orang mengemudikan mobil, khususnya bila dilengkapi dengan sistem mengemudi sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.