Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kecelakaan Truk Tangerang, Penting Punya Radar Imajinasi

Kompas.com - 01/11/2024, 15:01 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Satu unit truk boks besar menabrak sejumlah mobil dan sepeda motor di ruas Jalan Hasyim Asyari, Cipondoh, Tangerang, pada Kamis (31/10/2024).

Truk tersebut awalnya melaju kencang dan menabrak beberapa kendaraan. Namun alih-alih berhenti, sopir terus melaju melawan arus untuk melarikan diri. Warga yang geram kemudian mencegat truk dan menghakimi sopir.

Baca juga: Honda PCX 160 Bergaya Hotrod buatan Bengkel Asal Bali

Kejadian itu menunjukkan bahwa berkendara di jalan raya memiliki risiko tinggi, karena bisa saja ada pengemudi lain yang bertindak ceroboh dan tidak bertanggung jawab.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by INFO TANGERANG (@infotangerang.id)

Mengacu pada insiden tersebut, penting untuk mengetahui langkah antisipatif yang dapat diambil oleh pengemudi mobil dan pengendara sepeda motor untuk menghindari situasi serupa.

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk menghindari situasi ceroboh dari orang lain adalah dengan meningkatkan kepekaan terhadap potensi bahaya.

"Topik ini cukup kompleks, namun secara sederhana, setiap pengemudi harus memiliki keterampilan dan keahlian antisipatif (mencegah kecelakaan)," ujar Jusri kepada Kompas.com, Jumat (1/11/2024).

Baca juga: Ini Bahayanya jika Sopir Mengalami Microsleep Saat Mengemudi di Jalan

Langkah pertama, kata Jusri, pengemudi perlu mengembangkan "radar" dengan secara berkala melihat ke kaca spion belakang.

Bundaran Tugu Adipura Kota Tangerang yang menjadi lokasi mobil truk boks menghantam sejumlah pengguna jalan di Kota Tangerang.Intan Afrida Rafni Bundaran Tugu Adipura Kota Tangerang yang menjadi lokasi mobil truk boks menghantam sejumlah pengguna jalan di Kota Tangerang.

"Pengemudi harus terbiasa memeriksa kaca spion setiap 5-8 detik, dan ini harus menjadi kebiasaan. Dengan cara yang terpola, pengemudi akan memiliki sistem radar untuk mengantisipasi situasi," tambahnya.

"Selain itu, pengemudi juga harus memahami apa yang mereka lihat. Melihat dan memahami itu berbeda; meskipun sudah melihat, pengemudi harus sadar terhadap kondisi sekitar," jelas Jusri.

Pengemudi juga perlu memahami konsep "lingkaran aman" atau safe bubble. Lingkaran imajinatif ini penting untuk memetakan potensi bahaya jika ada kendaraan yang melaju ugal-ugalan.

Baca juga: Chery J6 Mau Gedor Jimny 5-Pintu?

"Pengemudi harus memahami safe bubble, yang merupakan lingkaran aman. Ini harus ada dalam pikiran mereka," kata Jusri.

Ilustrasi berkendara mobil saat new normal pandemi Covid-19.SHUTTERSTOCK Ilustrasi berkendara mobil saat new normal pandemi Covid-19.

"Sebagai contoh, ketika ada kendaraan lain mendekat, pengemudi seharusnya siap untuk menghindar atau membunyikan klakson," kata Jusri.

Baca juga: Kesalahan Mengemudi Ini Bikin Mobil Matik Gagal Nanjak

Namun, konsep safe bubble sangat bergantung pada pemahaman masing-masing individu. Artinya, tidak ada patokan pasti, melainkan berdasarkan pertimbangan situasi, kecepatan, dan pengalaman.

"Berapa meter jaraknya tidak bisa dipastikan, karena itu tergantung situasi dan pengemudinya," ujar Jusri.

"Misalnya, untuk menjaga jarak dengan mobil dan motor, saya sarankan antara 50 cm hingga 1 meter, tetapi jika kecepatannya tinggi, jarak aman bisa mencapai 2 meter," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau