TANGERANG, KOMPAS.com - Penyerapan motor listrik di Indonesia memang belum sebaik motor konvensional. Berbagai merek dari China, Jepang, sampai dalam negeri sudah memiliki banyak produk, cuma memang penerimaannya belum signifikan.
Menurut Executive Vice President PT Astra Honda Motor Thomas Wijaya, ada tiga poin yang membuat konsumen masih belum menyerap motor listrik dengan baik.
"Dari sisi teknologi performa, berarti kecepatan, jarak, dan juga tanjakan, power climbing. Itu yang masih konsumen ya, market masih melihat ada kekhawatiran itu," kata Thomas di IMOS 2024, Tangerang, Rabu (30/10/2024).
Baca juga: Varian Murah Motor Listrik TVS iQube Meluncur, Jarak Tempuh 75 Km
Lalu yang kedua adalah soal ketenangan, dalam arti infrastruktur motor listrik, seperti tempat pengecasan, tukar baterai, dan keamanan baterai. Jadi orang masih ragu buat beralih karena hal tersebut.
"Ketiga soal resale value, harga jual kembali memang jadi tantangan. Konsumen mau apapun produknya, itu dijadikan aset, harus punya value," kata Thomas.
Menurut Thomas, masih butuh lima tahun sampai 10 tahun untuk motor listrik bisa diserap semua konsumen. Cara Honda agar makin cepat adalah menyediakan pilihan produk beragam dan infrastruktur.
Baca juga: Pertamina Enduro VR46 dengan Duet Bezzecchi dan Iannone di Malaysia
"Kita mempersiapkan ekosistem infrastruktur yang baik, mau cas langsung, swap, silakan," kata Thomas.
Harapannya dengan berbagai opsi, penerimaan motor listrik semakin baik. Jadi bisa disesuaikan dengan kondisi setiap konsumen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.