Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Bioetanol sebagai Alternatif NZE, Butuh Kemauan Politik

Kompas.com - 24/10/2024, 09:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanfaatan bahan bakar alternatif bioetanol dipercaya menjadi salah satu 'senjata' yang sangat menjanjikan dalam upaya menuju netralitas karbon alias Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Dengan sumber daya melimpah yang ada di Indonesia, seperti tebu, jagung, gandum, sorgum, dan ubi, bioetanol memiliki potensi besar untuk menjadi solusi energi yang berkelanjutan. Hanya saja untuk mengembangkannya, diperlukan dukungan politik yang kuat.

"Sebenarnya yang diharapkan adalah political will. Technical itu ke nomor sekian lah, termasuk juga supply. Sebenarnya kalau ada political will yang baik, bisa diselesaikan," kata Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Jakarta, Rabu (23/10/2024).

Baca juga: Indonesia Ekspor Bahan Baku Baterai Mobil Listrik ke Tesla Bulan Depan

Lebih jauh, ia menjelaskan keberadaan political will sangat krusial dalam memfasilitasi perkembangan bioethanol. Tanpa dukungan pihak berwenang, berbagai tantangan seperti perpajakan, regulasi, dan penyediaan bahan baku sulit diatasi.

Oleh karena itu, para pemimpin dan pembuat kebijakan di pemerintahan baru diharapkan untuk berkomitmen dan memberikan dukungan yang nyata agar potensi bioetanol dapat dimanfaatkan secara optimal.

Bob juga menekankan pentingnya melihat pengembangan bioetanol dalam jangka panjang. Meskipun biaya awal mungkin tinggi, investasi di bioetanol dapat membawa manfaat jangka panjang yang signifikan.

Mengacu pada pengalaman pengembangan biodiesel dari crude palm oil (sawit) yang telah menghidupkan 5 juta rumah tangga dan meningkatkan pendapatan secara signifikan, ia menginginkan model pembangunan serupa untuk bioetanol.

"Kemudian yang kedua, semua bentuk energi alternatif awalnya lebih mahal, pasti itu. Namanya teknologi baru itu pasti. Tetapi, jangan dilihat dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang," ucap Bob.

Baca juga: Hindari Pungli, Dishub Jakarta Sediakan Porter Resmi di Terminal Bus

"Jika kita melihat dari pengalaman sawit (biodiesel), yang menghidupkan 5 juta rumah tangga, begitu kita mengalami lompatan luar biasa, itu dinikmati 5 juta rumah tangga dan income kita juga naik hampir 3 kali lipat," ucapnya.

"Nah, kita butuh model pembangunan yang seperti itu yang memberikan pendapatan lebih luas ke masyarakat," tambah dia.

Diketahui, implementasi B35 di Indonesia yang berlaku sejak Februari 2023 telah sukses menurunkan emisi sampai 35 juta ton per tahun dan menghemat impor BBM sebesar Rp 161,25 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau