Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor yang Bikin Konsumen Khawatir Beli Kendaraan Listrik

Kompas.com - 08/10/2024, 18:41 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sudah mulai memasuki era elektrifikasi dan banyak pilihan kendaraan listrik di pasar otomotif nasional. Meski demikian, ada beberapa faktor yang membuat konsumen khawatir untuk membeli kendaraan listrik.

Penjualan sepeda motor baru kurang lebih 6 juta unit per tahun. Saat ini, Indonesia merupakan pasar ketiga terbesar di dunia setelah China dan India. Hal ini menunjukkan bahwa sepeda motor adalah moda transportasi utama orang Indonesia.

Baca juga: Ratusan Kendaraan Ramaikan HUT ke-79 TNI, Motor Listrik, Panser, sampai Maung

Beberapa tahun terakhir ini, sepeda motor listrik mulai memasuki pasar Indonesia. Dengan beberapa keunggulan dari sisi efisiensi biaya serta adanya dukungan dari pemerintah, tapi penjualan sepeda motor listrik masih belum sesuai dengan target yang diharapkan pemerintah.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kekhawatiran untuk membeli kendaraan listrikDok. Istimewa Masih banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kekhawatiran untuk membeli kendaraan listrik

Jika diteliti, sebenarnya tren penjualan sepeda motor listrik meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 2022 ke 2023. Tapi, penetrasinya masih ketinggalan jika dibandingkan dengan mobil listrik.

Tahun 2022 data penjualan motor konvensional mencapai 5.221.470 unit. Sedangkan penjualan motor listrik, tembus 17.198 unit dengan pangsa pasar 0,3 persen. Tahun 2023, penjualan motor konvensional naik menjadi 6.236.992 unit. Sementara penjualan motor listrik naik hingga 54.737, dengan pangsa pasar 0,9 persen.

Baca juga: United Mulai Uji Ketahanan TX3000 Jelang OMR Motor Listrik

Untuk tahun 2023, penetrasi sepeda motor listrik hanya sekitar 1 persen dari penjualan unit sepeda motor baru. Sedangkan, penjualan mobil listrik sudah lebih dari 2 persen dari total penjualan mobil. Padahal beberapa tahun lalu market punya ekspektasi bahwa penjualan sepeda motor listrik akan lebih tinggi dibanding mobil, tapi kenyataan justru sebaliknya.

Sepeda motor listrik Honda EM1 e: mencetak sejarah sebagai sepeda motor listrik resmi pertama yang mendukung ajang balap bergengsi dunia MotoGP.Dok. AHM Sepeda motor listrik Honda EM1 e: mencetak sejarah sebagai sepeda motor listrik resmi pertama yang mendukung ajang balap bergengsi dunia MotoGP.

Sepeda motor listrik yang ada di pasaran saat ini diyakini belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia akan sepeda motor yang memiliki kinerja, durability, dan keandalan yang baik.

Sepeda motor listrik diyakini belum mampu menjawab kebutuhan mobilitas sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama dalam hal jarak tempuh, daya tahan/ketangguhan, dan jaringan charging station dan aftersales. Intinya, belum ada sepeda motor listrik yang enak dan berkualitas.

Motor listrik eMOA E1KOMPAS.com/DIO DANANJAYA Motor listrik eMOA E1

“Melihat perkembangan motor listrik saat ini, sepertinya belum ada produk yang benar-benar bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Kebanyakan masyarakat tahunya motor listrik itu nggak bisa dipakai jauh, tarikan gasnya kurang optimal, atau bingung ngecasnya di mana. Jadi, hal-hal basic seperti ini yang membuat tingkat adopsi motor listrik rendah,” ujar Raditya Wibowo, CEO sebuah perusahaan sepeda motor listrik di Indonesia, dalam keterangan resminya.

Hasil riset pasar menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan dari kendaraan listrik agar dapat diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia. Sepeda motor listrik yang memiliki kinerja dan ketangguhan seperti motor konvensional adalah yang dibutuhkan konsumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau