Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sarankan Skema Contraflow untuk Mudik Tahun Depan Diperbaiki

Kompas.com - 19/04/2024, 19:22 WIB
Daafa Alhaqqy Muhammad,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian beserta pihak-pihak berwajib lainnya menerapkan beberapa skema rekayasa lalu lintas selama masa mudik Lebaran. Tujuannya agar memperlancar arus lalu lintas dan mencegah kemacetan.

Akan tetapi, beberapa pengamat transportasi menilai masih ada kekeliruan dalam penerapan rekayasa hingga mengakibatkan terjadinya beberapa kasus kecalakaan fatal selama mudik.

Skema contraflow yang diberlakukan sejauh kurang lebih 36 kilometer dinilai harus banyak dibenahi, eksekusinya dinilai terlalu terburu-buru dan kurang memperhatikan kesiapan masyarakat.

Ki Darmaningtyas, Pengamat Transportasi sekaligus Direktur Institut Studi Transportasi (Instran), menjelaskan, skema contraflow seharusnya tidak akan mengalami kendala sejak awal diberlakukan, jika Polisi sudah melakukan evaluasi secara menyeluruh.

Baca juga: Mobil Kolaborasi BYD dan Mercedes-Benz, Siap Penetrasi Eropa

Guna mengurai kemacetan di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung jajaran Polresta Bandung menerapkan skema Contra Flow sehingga arus yang mengarah ke Barat menjadi tiga lajur, sedangkan arah sebaliknya menjadi satu lajur.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Guna mengurai kemacetan di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung jajaran Polresta Bandung menerapkan skema Contra Flow sehingga arus yang mengarah ke Barat menjadi tiga lajur, sedangkan arah sebaliknya menjadi satu lajur.

“Pelaksanaannya (contraflow) baru bisa disebut ideal ketika arus balik kemarin, karena betul-betul diawasi oleh anggota Kepolisian, dan dikawal langsung. Memang yang betul seharusnya seperti itu,” ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/4/2024).

Menurutnya, Kepolisian dan pihak berwajib lainnya sebaiknya mengevaluasi dan membenahi skema rekayasa lalu lintas ini, dan coba diterapkan kembali dalam skala kecil.

Penjelasan senada juga disampaikan Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI). Menurutnya, skema contraflow selama arus mudik masih memiliki risiko bagi pengemudi.

Baca juga: Vespa Tua Ini Raih Rekor Perjalanan 24 Jam, Tembus 1.233 Km

Petugas mengevakuasi bangkai kendaraan yang mengalami kecelakaan di Tol Jakarta-CIkampek KM 58, Karawang Timur, Jawa Barat, Senin (8/4/2024). Kecelakaan yang  melibatkan tiga kendaraan yaitu Bus Primajasa, Grand Max dan Daihatsu Terios tersebut mengakibatkan 12 orang tewas. ANTARA FOTO/Awaludin/Ak/nzAKBAR NUGROHO GUMAY Petugas mengevakuasi bangkai kendaraan yang mengalami kecelakaan di Tol Jakarta-CIkampek KM 58, Karawang Timur, Jawa Barat, Senin (8/4/2024). Kecelakaan yang melibatkan tiga kendaraan yaitu Bus Primajasa, Grand Max dan Daihatsu Terios tersebut mengakibatkan 12 orang tewas. ANTARA FOTO/Awaludin/Ak/nz

Contraflow itu idealnya diberlakukan di dalam kota, dengan jarak setidaknya 15 kilometer maksimal. Selama mudik kemarin jaraknya bisa dua kali lipat dan itu posisi di jalan bebas hambatan, risikonya jelas ada,” ucap dia.

Sony mengambil contoh kecelakaan beruntun di Km 58 tol Japek pada Senin (8/4/2024) yang menewaskan 12 pemudik. Situasi ini dinilai tidak akan terjadi jika dilakuan penawasan secara konsisten.

“Skema Gage (ganjil genap) dan one way terbilang sudah cukup baik, tinggal skema contraflow yang harus banyak dievaluasi. Bisa direvisi dulu, sebelum diterapkan lagi tahun depan,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau