JAKARTA, KOMPAS.com - Pengemudi ojek online (ojol) jadi salah satu pihak yang nampaknya cukup kerepotan setelah pemberlakuan tilang uji emisi. Pasalnya, tidak semua kendaraan yang digunakan dalam kondisi yang prima.
Berdasarkan pantauan redaksi di area sekitar Jakarta Timur, sebagian besar pengendara ojol mengaku hanya melakukan perawatan motor alakadarnya, seperti jarang mengganti oli, jarang servis rutin, dan selalu menggunakan BBM RON 90.
Kebiasaan tersebut selain akan berdampak negatif pada performa motor, juga tentu bisa menjadi rapor merah saat mengikuti tilang uji emisi.
Baca juga: Pakar Sebut Mobil Berasap Belum Tentu Gagal Uji Emisi
Menyikapi hal tersebut, beberapa pengendara ojol yang sudah menggunakan motor listrik, berharap bisa menggaet rekan-rekannya untuk berganti tunggangan.
Habib, pengemudi ojol yang biasa narik di sekitar area Tebet, Jakarta Timur, mengaku giat menyarankan rekan-rekannya untuk beralih menggunakan motor listrik.
Dirinya mengaku jadi salah satu pengemudi gelombang kedua yang aktif menggunakan motor listrik, sejak akhir tahun 2022.
Baca juga: Ide Komunitas Mobil Tua agar Lolos dari Sanksi Tilang Uji Emisi
“Saya pakai setelah acara KTT G20, soalnya dapat jatah dari kantor. Gelombang pertama yang pakai (motor listrik) itu sebelum G20,” ucapnya saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Sabtu (2/8/2023).
Menggunakan motor Gesits G1, dirinya mengaku sangat puas dengan fasilitas dan pelayanan yang ada. Mulai dari ganti baterai dan servis rutin gratis, serta biaya sewa murah senilai Rp 45.000 per-hari.
“Baterainya ada 2, masing-masing 50 kilometer jadi bisa 100 kilometer. Dapat aplikasi buat tau tempat ganti baterai juga. Biasanya narik 5-6 kali, baru saya mampir buat ganti baterai, terus lanjut narik lagi,” ujarnya.
Baca juga: Ini Dampak Mobil kalau Pakai BBM dengan Oktan Rendah
Untuk mendapatkan motor listrik tersebut, Habib mengaku harus antri selama 7 bulan dan menunggu giliran. Meskipun begitu, dia mengaku tidak keberatan.
“Kalau mau dapat (motor listrik) memang harus antri, dan enggak tahu kapan dapat gilirannya. Jadi kalau mau dapat cepat ya antri dari sekarang,” kata dia.
Aji, pengemudi ojol yang juga sering narik di area Tebet, juga mengungkapkan hal yang serupa. Dia mengaku sudah menggunakan motor listrik Gogoro 2 Delight selama lebih dari satu tahun.
“Saya sewa Rp 50.000 sehari, enak. Kalau dibilang ya memang lebih praktis, lebih irit juga, soalnya apa-apanya gratis,” ucapnya.
Baca juga: Puluhan Bus Listrik Beroperasi selama KTT ASEAN di Jakarta
Dengan mulai diberlakukannya tilang uji emisi di Jakarta, Aji mengaku tidak terlalu khawatir karena sudah dipastikan aman dan tidak ikut terjaring.
“Saya langsung ikut ngantri waktu dengar ada pembagian motor listrik. Alhamdulillah bisa langsung dapat. Teman-teman lain yang antrinya telat belum dapat. Jadi memang antrinya harus cepat,” ucap dia.
Untuk diketahui, Dinas Perhubungan menilai populasi transportasi umum listrik di Indonesia sudah cukup baik, angka itu juga turut disumbang oleh mitra-mitra ojek online.
Baca juga: Motor Pakai Knalpot Racing, Otomatis Tidak Lolos Uji Emisi
Sapril, Direktorat Sarana Transportasi Jalan Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub mengatakan, bertambahnya jumlah kendaraan umum listrik bisa dianggap sebagai pondasi awal akan dimulainya langkah indonesia nol-emisi.
Menurutnya, persebaran kendaraan listrik umum saat ini sudah mulai nampak. Hal itu dianggap sebagai barometer yang cukup baik, untuk saat ini.
“Kalau kita perhatikan, Transjakarta sudah banyak menyediakan bus listrik, ojek-ojek online juga sudah banyak juga yang pakai (motor listrik), so far cukup bagus lah,” ucapnya kepada Kompas.com, belum lama ini.