Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Mobil Listrik Lebih Andalkan Pengecas Rumah ketimbang SPKLU

Kompas.com - 14/06/2023, 09:22 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus menggenjot peralihan kendaraan bahan bakar konvensional ke kendaraan listrik. Namun, jika ditelisik ada perbedaan perilaku pemakaian antara mobil listrik dan sepeda motor listrik.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, tantangan motor listrik menyangkut jarak tempuh yang rendah. Motor listrik tidak bisa mengandalkan SPKLU, sehingga dalam hal ini perlu stasiun penukaran baterai atau SPBKLU yang banyak sekali.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Mobil Bekas Tabrakan Tidak Layak Dibeli?

"Mobil (listrik) bisa menempuh jarak 350 Km sekali isi baterai sedangkan motor paling hanya 50 Km. Maka kebutuhan SPKLU untuk mobil listrik itu sangat kecil dibandingkan home charging," kata Darmawan saat peluncuran BAMS buatan IBC di Jakarta, Senin (12/6/2023).

Selain SPKLU dan SPBKLU, PLN juga mengoperasikan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang tidak hanya bisa digunakan oleh masyarakat yang memiliki usaha kecil tetapi juga para pengendara motor listrik dengan tipe mounted charging. Dok. PLN Selain SPKLU dan SPBKLU, PLN juga mengoperasikan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang tidak hanya bisa digunakan oleh masyarakat yang memiliki usaha kecil tetapi juga para pengendara motor listrik dengan tipe mounted charging.

"Tapi untuk motor listrik sekali cas hanya 50 Km sedangkan ojek kita rata-rata (dapat menempuh jarak) 120 Km per hari. Artinya sehari ngecas untuk ojek listrik itu bisa dua sampai tiga kali," ungkap Darmawan.

"Maka kalau kita punya 2,1 juta pengguna motor listrik kita butuh (mempunyai) sekitar 30 ribu SPBKLU, jumlahnya besar sekali," ujar dia.

Tantangan ini kata Darmawan, mesti diselesaikan dan perlu kesamaan visi dari produsen motor listrik. Sebab saat ini yang terjadi belum ada standardisasi mengenai baterai, serta aplikasi yang berbeda-beda antar merek.

Baca juga: Alex Marquez Punya Kesempatan Naik Podium di MotoGP Jerman 2023

Baterai mobil listrik Toyota bZ4XDok. Toyota Baterai mobil listrik Toyota bZ4X

"Nah karena kita satu ojek motor listrik butuh ngecas 2-3 kali, maka ada tantangan. Pengemudi ojek merasa khawatir, misalnya Volta harus cari swap baterai Volta, United juga demikian. Dan di sini belum ada standardisasi soal baterai dan standardisasi aplikasi dan lokasi SPBKLU masih terbatas ini jadi tantangan," kata dia.

Darmawan mengatakan, sedangkan untuk mobil listrik tantangannya berbeda. Mobil listrik tidak perlu SPKLU yang terlalu banyak sebab pemakai mobil listrik lebih mengandalkan ngecas di rumah.

Baca juga: Catat, Ini 4 Rute Bus Transjakarta Khusus Jakarta Fair 2023

Indonesia Battery Corporation (IBC) resmi meluncurkan Battery Asset Management Services (BAMS). Salah satu yang diperkenalkan ialah baterai generasi kedua buatan IBC yang akan dipakai oleh beberapa merek motor listrik.KOMPAS.com/Gilang Indonesia Battery Corporation (IBC) resmi meluncurkan Battery Asset Management Services (BAMS). Salah satu yang diperkenalkan ialah baterai generasi kedua buatan IBC yang akan dipakai oleh beberapa merek motor listrik.

"Beda dengan mobil listrik dengan home charging saja sebetulnya sudah cukup, saya sudah mengemudikan mobil listrik 3 tahun. Karena saya tidak pakai mobil listrik ke luar kota saya belum pernah pakai SPKLU, hanya di rumah sudah cukup," kata dia.

"Tapi kalau motor listrik 50 Km langsung habis kita butuh SPBKLU dengan jumlah sangat besar sekali," kata Darmawan.

"Nah ini setiap pabrikan motor masih punya standar baterai sendiri, aplikasi sendiri-sendiri, maka ini jadi tantangan salah satu kendala ini adalah bagaimana kita belum melaksanakan sila ketiga, yaitu adalah pabrikan motor listrik harus kompak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau