Tangerang, KompasOtomotif - Salah satu alasan kenapa ada banyak Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) tidak peduli soal tema Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) ditakar dari besarnya dana untuk jadi peserta. Setiap merek setidaknya butuh Rp 5 miliar dihabiskan untuk biaya sewa, booth, sampai operasional harian.
Dalam bisnis ada efek timbal balik, dana yang sudah dikeluarkan paling tidak harus balik modal. Biar itu kejadian, makanya selama 11 hari pameran orientasinya harus jualan kendaraan. Kondisi ini yang membuat banyak sekali wiraniaga beredar di stan pameran.
Penyelenggara GIIAS, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selalu menyatakan tidak pernah mematok target harus jualan berapa unit mobil selama pameran. Pada kenyataannya, setiap ATPM yang jadi peserta datang ke GIIAS punya ambisi jualan.
Setiap kali pameran selesai, masing-masing Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) melepas rilis kepada media tentang berapa jumlah unit yang laku. Gaikindo juga dengan bangganya merilis hasil nilai transaksi.
Pada GIIAS tahun lalu nilai transaksi mencapai Rp 5,45 triliun dengan hasil hitung surat pemesanan kendaraan (SPK) sebanyak 17.077 unit. Total pengunjung selama GIIAS 2015 mencapai 451.654 orang.
Kontradiksi lain, pejabat Gaikindo yang ditanya soal prediksi hasil penjualan mobil nasional melibatkan GIIAS sebagai bagian dari pendongkrak penjualan.
Menurut Ketua Penyelenggara Pameran GIIAS 2016 Rizwan Alamsyah, kondisi demikian selama pameran merupakan efek yang tidak bisa dihindari. Tema “Green Technology for a Better Future” yang diusung tahun ini dikatakan tidak bisa dipaksakan harus diterapkan buat para ATPM.
Pada GIIAS tahun ini ATPM yang peduli soal tema lantas diaplikasikan pada sajian stan bisa dihitung jari. Sisanya, entah punya tujuan apa. Sebagai gambaran, mobil konsep yang bisa dijadikan lambang ikut tema tidak sampai 10 unit dari 300 kendaran yang mejeng di GIIAS.
Orientasi ATPM untuk jualan tidak bisa dilarang kata Rizwan. “Gaikindo tidak mengharapkan demikian, tapi itu sebagai akibatnya saja. Makanya kami tidak pernah pakai target, yang penting di sini mengomunasikan teknologi dan pesan apa yang mau disampaikan pada konsumen,” kata Ketua III Gaikindo ini.
Museum otomotif
Situasi pameran otomotif di dalam negeri ini memang berbeda dibanding negara lain. Tidak usah jauh-jauh ke Tokyo atau Frankfurt, di Bangkok saja jarang sekali terlihat ada tenaga penjual yang beredar selama pameran.
Pameran otomotif tidak harus dikemas seperti museum yang cuma didatangi kalau study tour anak sekolah. Memang tidak bisa ditampik, price list juga bagian dari pameran tetapi bukan itu fokus utamanya.
Masyarakat layak mendapat edukasi soal otomotif global atau bahkan yang lebih penting informasi sejauh mana industri dalam negeri ini bisa mengimbangi.
Sepertinya sudah jadi anggapan umum dalam pameran otomotif para ATPM selalu mengumbar diskon harga kendaraan. Makanya masyarakat juga jadi menunda pembeliaan mobil sampai GIIAS datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.