Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima "Blunder" Industri Otomotif Sepanjang 2015

Kompas.com - 31/12/2015, 07:41 WIB


Jakarta, KompasOtomotif - Selang beberapa hari lagi, 2015 bakal segera berakhir. Industri otomotif nasional, regional (ASEAN), atau global menghadapi cobaan cukup berat tahun ini. Beberapa situasi pahit harus dilalui dengan tetap menegakkan kepala oleh para merek-merek otomotif global.

Di dalam negeri (Indonesia), kami mencoba merangkum lima kejadian menarik atau bisa juga beberapa dikategorikan sebagai blunder dalam industri otomotif nasional. Beberapa fakta ini sempat membuat geger para pemangku kepentingan.

Simak rangkuman berikut ini:

1. GM Tutup Pabrik di Bekasi

Produsen mobil terbesar di Amerika Serikat, General Motors (GM), membuat pengumuman mengenjutkan di awal tahun, tepatnya, Kamis (26/2/2015). Pemilik merek Chevrolet ini memutuskan menghentikan produksi pabriknya di Pondok Ungu, Bekasi, pada tahun ini juga.

Padahal, opsi menghidupkan kembali pabrik GM itu baru diambil 2013, dengan menunjuk Indonesia sebagai basis produksi Spin, "MPV sejuta umat" yang disiapkan bersaing dengan Toyota Avanza dan Xenia. Tapi, rencana bisnis tidak semulus kenyataan. Lahirnya Honda Mobilio ke pasar, memukul telak Spin, sehingga kapasitas produksi dan penjualan timpang jauh.

Opsi tutup pabrik, berarti pemutusan hubungan kerja 500 tenaga kerja di dalamnya. Kini, GM Indonesia memilih jadi importir, ketimbang pemanufaktur.

TRIBUNNEWS/HERUDIN "Supercar" premium Lamborghini, Ferrari, Porsche, Jeep, Lotus dan berbagai merek lainnya terparkir di mall Senayan City Jakarta Pusat, Minggu (3/11/2013).

2. Pajak CBU Naik

Pemerintah Indonesia mencoba membebani para perusahaan pengimpor mobil dalam bentuk utuh (completely built up/CBU). Selain untuk menekan nilai impor, juga diharapkan mampu menstimulasi merek-merek yang belum merakit lokal, bisa menanamkan investasinya dan membuka lapangan kerja lebih luas.

Kenaikan pajak bea masuk (import duty) untuk kendaraan bermotor CBU (completely built up) dari 40 persen menjadi 50 persen. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 132 Tahun 2015 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor. Isi peraturan itu menetapkan pajak bea masuk hanya dinaikan buat unit CBU dari negara yang tidak punya kerja sama ekonomi dengan Indonesia atau ASEAN. Keputusan telah diundangkan pada 9 Juli 2015 dan sudah berlaku sejak 23 Juli 2015 lalu.

Pukulan ini terbilang telak bagi mereka, merek-merek yang mengimpor mobil dari negara-negara bukan mitra kerja ekonomi Indonesia. Merek-merek Eropa dan Amerika Serikat menjadi pemikul beban kenaikan kebijakan ini.

3. Dollar AS Tembus Rp 14.000

Gejolak kembali terjadi di semseter kedua tahun ini, ketika defisit neraca perdagangan berjalan Indonesia semakin timpang. Nilai impor yang besar tidak bisa diimbangi oleh kinerja ekspor yang optimal, mengingat pelemahan ekonomi juga terjadi di negara-negara tujuan utama pengiriman komoditas unggulan dari Indonesia, salah satunya China. 

Situasi diperparah dengan rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), yang membuat gerah para investor. Gejolak perbaikan ekonomi di AS, membuat investor menarik investasinya dari negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Ujungnya, terjadi pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS yang menjadi langka peredarannya. Tak tanggung-tanggung, penurunan rupiah sempat tercatat sampai Rp 14.463 per dollar AS, terburuk sejak krisis moneter di 1998.

Petakanya, industri otomotif di Indonesia sangat rentan pada nilai tukar dollar AS. Pasalnya, seluruh komponen sampai mobil jadi diimpor dari asing dan dibayar menggunakan mata uang asing. Dengan pelemahan rupiah, tentu beban menjadi bertambah, dan mau-tidak-mau cost akan didorong ini ke level konsumen (meski tidak seluruhnya). Hilirnya, harga mobil-mobil pasti naik!

New York Times Cara kerja perangkat lunak Volkswagen menipu uji emisi bahan bakar diesel di Amerika Serikat.

4. Skandal Diesel VW 

Jika memilih salah satu blunder industri otomotif terbesar sepanjang 2015, Volkswagen boleh jadi kandidat terkuatnya. Menggunakan piranti lunak, merek asal Jerman ini, berhasil mengelabuhi pengujian standar emisi di Amerika Serikat. Menjadikan mobil-mobil produksinya terlihat lebih ramah lingkungan, berkat "tipu muslihat" kecanggihan piranti lunak ini.

Terbukti bersalah, produsen mobil terbesar di Eropa itu melakukan kampanye penarikan massal terhadap seluruh mobil yang dianggap "mencurangi" emisi gas buang, jumlahnya jutaan unit, mulai Januari 2016 mendatang. Bahkan, pimpinan tertinggi sekelas Martin Winterkorn, selaku Chief Executive Officer (CEO) mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab.

Perusahaan pembiayaan dan analis ekonomi asal Swedia, Credit Suisse, mengestimasikan, dalam skenario paling buruk Volkswagen harus mengeluarkan dana sampai 87 miliar dollar AS untuk menangani kasus “dieselgate” sampai tuntas. Prediksi lain, biaya paling murah yang harus dikeluarkan sampai skandal ini mereda yakni 26,8 miliar dollar AS.

Hebatnya lagi, kasus ini membuat ambisi VW menjadi merek terbesar di dunia pada 2018 semakin pupus. Salah satunya, rencana ekspansi investasi pembangunan pabrik baru di beberapa negara berkembang di dunia, salah satunya Indonesia. Jadi imbasnya terasa sampai Indonesia.

KompasOtomotif Suasana IIMS 2015 di Hall D dan A JI Expo Kemayoran, Sabtu (29/8/2015).

5. Dua Pameran Otomotif 

Salah satu kejadian paling sensasional yang juga terjadi di paruh kedua 2015, adalah untuk pertama kalinya dihelat dua pameran otomotif bertaraf internasional di Indonesia. Kedua pameran itu, adalah Indonesia International Motor Show (IIMS) besutan Dyandra Promosindo dan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) oleh asosiasi otomotif (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia/Gaikindo).

Kedua pameran berlangsung berdampingan, dalam waktu yang relatif bersamaan, 20-30 Agustus 2015. IIMS tetap dihelat di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Sedangkan GIIAS memanfaatkan fasilitas gedung baru, Indonesia Convention Exhibition (ICE) di BSD, Tangerang.

Muara perpecahan terjadi ketika Dyandra Promosindo memilih untuk masuk lantai bursa, menjadi perusahaan publik. Manajemen dengan regulasi baru, membuat friksi muncul di kalangan karyawan, sampai level eksekutif. 

Ibarat bola salju, perputarannya semakin besar, sehingga terjadi perpecahan besar. Sejumlah top manajemen Dyandra Promosindo memilih keluar dari perusahaan dan mengajak kolega mendirikan perusahaan baru. Hasilnya, muncul dua perusahaan penyelenggara acara (Event Organizer/EO), PT Amara Pameran International (API) yang menghelat Indonesia Motorcycle Show (IMoS), November lalu dan PT Amara Tujuh Perjuangan (SEVEN) yang kini dipercaya Gaikindo menangani pameran otomotif tahunan selanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau