Lalu tim beranjak mengunjungi beberapa lokasi menarik. Tujuan pertama, masih di Salatiga, adalah Museum Stasiun Kereta Api Tuntang. Posisinya di daerah perbatasan dengan Kabupaten Semarang. Dibangun tahun 1871 dan pada 21 Mei 1873 dioperasikan. Namun semenjak jalur yang menghubungkan Yogyakarta dan Kedungjati pada 1 Juni 1970 ini ditutup, lantas stasiun tersebut dijadikan museum. Mulai 2009 renovasi stasiun mulai dilakukan dan rencananya disiapkan untuk melayani kereta uap wisata.
Kampoeng Rawa
Langkah berikutnya melanjutkan perjalanan ke Ambarawa. Lokasi pertama yang disambangi disebut Kampoeng Rawa. Lokasi tepat di tepi Jalan Lingkar Ambarawa, tepatnya di Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dan baru diresmikan pertengahan tahun lalu.
Paling mencolok adalah adanya bangunan-bangunan beratap Joglo, khas Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sejauh mata memandang, terhampar sawah yang lagi menghijau. Lokasi pariwisata ini dikelola 12 kelompok tani dan nelayan di Desa Bejalen yang tergabung dalam Paguyuban Kampoeng Rawa, mulai 4 Agustus 2012.
Dengan mengelola tempat wisata ini, paguyuban berharap bisa menyejahterakan kehidupan petani dan nelayan, para anggotanya. Suguhan utama pemandangan yang memukau. Bagi yang gemar kuliner, ada Resto Apung. Untuk masuk ke tempat ini, pengunjung harus menyebrangi air dengan rakit.
Juga ada beberapa fasilitas permainan untuk anak dan keluarga, mulai dari bebek air, becak air, becak mini, bendi, jetski, ATV, perahu karet, perahu kayu, dan pemancingan.
Monumen Palagan
Lokasi selanjutnya Monumen Palagan. Simbol dibangun untuk mengenang sejarah pertempuran Palagan Ambarawa, 12-15 Desember 1945. Kala itu, pasukan sekutu yang terdesak dari Magelang mundur ke Ambarawa. Di bawah pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berhasil menghancurkan mereka tepat 15 Desember, yang sampai saat ini diperingati sebagai Hari Infanteri.
Monumen dibangun 1973 dan diresmikan 15 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto. Gambaran singkat sejarah pertempuran bisa dilihat pada relief yang dibuat pada dinding Monumen Palagan Ambarawa. Salah satu yang paling menarik, adalah koleksi kendaraan angkut personel dan meriam, tank kuno, dan pesawat Mustang milik Belanda yang berhasil ditembak jatuh ke dalam Rawa Pening.
Candi Gedong Songo
Tempat terakhir yang didatangi, adalah Candi Gedong Sogo. Bangunan peninggalan budaya Hindu kuno di Desa Canti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tepatnya ada di lereng Gunung Ungaran, di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (dataran tinggi) sehingga udaranya sejuk.
Nama Gedong Songo berasal dari bahasa Jawa, Gedong (rumah/bangunan) dan Songo (sembilan) yang berarti Sembilan (Kelompok) Bangunan. Konon, merupakan peninggalan Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 Masehi). Komplek candi ini semula ditemukan Loten, tahun 1740. Selanjutnya penemuan ini dilanjutkan oleh peneliti Rafles, 1840 dan memberikan nama Gedong Pitoe (tujuh) karena hanya menemukan hanya 7 kelompok bangunan.
Di depan komplek candi ketiga, terdapat uap panas yang berasal dari perut bumi. Pengelola menyiapkan tempat untuk petualang yang menikmati air hangat, dan uap panas yang konon dapat menyembuhkan penyakit kulit. Beberapa bangunan penginapan mulai terlihat di beberapa titik. Sebagai objek wisata, juga dilengkapi pemandian air panas dari mata air pegunungan yang masih mengandung belerang. Juga ada area perkemahan, dan wisata berkuda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.