Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Avanzanation Journey 2014 [Tengah]

Ekspedisi Budaya "Kota Seribu Sungai"

Kompas.com - 19/02/2014, 14:42 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Banjarmasin, KompasOtomotif - Setelah melalui ratusan kilometer jalur ekstrem trans Kalimantan dari Balikpapan, akhirnya tim Avanzanation Journey 2014 wilayah Indonesia Tengah tiba di Banjarmasin, Selasa (18/2/2014) siang. Kota seribu sungai ini menyambut ramah dengan suasana kota yang nyaman, sejuk di mata karena banyak elemen air, hampir di segala penjuru banyak sungai atau kanal serupa labirin.

Pasar Apung
Banjarmasin merupakan ibu kota sekaligus "jantung" Provinsi Kalimantan Selatan. Kota ini sangat menarik karena punya budaya urban Kalimantan yang khas, baik di darat maupun di perairan. Posisinya sangat strategis, tepatnya di persimpangan Sungai Barito dan Martapura. Berdampingan dengan Banjarbaru, keduanya disebut sebagai kota metropolitan terbesar kesembilan di Indonesia.

Banjarmasin memiliki banyak sungai lebar dan berarus kuat, yang berperan besar dalam kehidupan sekaligus membentuk gaya hidup masyarakat itu sendiri. Hal paling menarik dari kota ini adalah keberadaan pasar apung. Hingga hari ini, setiap pagi para petani dan pedagang mengangkut jualan mereka menggunakan perahu-perahu kayu hingga memadati sungai untuk transaksi.

Sungai dijadikan lokasi utama untuk menggerakkan perekonomian warga menengah bawah. Belum lagi dalam suatu acara khusus, sungai juga digunakan sebagai tempat utama untuk lomba atau perayaan festival lain.

Di Sungai Barito atau tepatnya muara Sungai Kuin ada pasar apung Muara Kuin, salah satu pusat ekonomi tradisional tertua di Banjarmasin. Di sini, aktivitas sudah ramai sejak matahari terbit. Berbagai hasil bumi, seperti pisang, udang, ikan, ubi jalar, bayam, kelapa, rempah-rempah, cabai, rambutan, dan lain sebagainya tampak di perahu-perahu kecil mengapung di permukaan sungai.

Kuliner
Bagi yang gemar memburu makanan khas, bisa mencari di pusat perbelanjaan, restoran, atau kedai makan yang ada di sepanjang jalan. Tapi, untuk menemukan cita rasa khas kuliner Banjar, Anda harus pergi ke tempat-tempat yang agak tersembunyi di ujung jalan atau di dalam gang.

Salah satu yang paling terdengar sampai ibukota, adalah soto banjar. Makanan kuah khas ini banyak kita jumpai di kota-kota besar lain di Indonesia, tetapi tentu beda sensasinya kalau makan langsung dari daerah aslinya.

Meski menggiurkan, pilihan tim Avanzanation Journey kali ini adalah tempat makan khas, yakni Depot Sari Patin, Kayu Tangi, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tepatnya di Jalan Brigjen H Hasan Basry Nomor 53. Sesuai namanya, menu andalan yang ditawarkan adalah ikan patin. Daging lembut dengan lemak jenuh khas Patin diolah dalam berbagai pilihan, mulai dari goreng, bakar, atau gulai.
Lontong Orari
Menjelang malam, rombongan kembali memilih lokasi kedua untuk eksplorasi kuliner. Kali ini ke tempat makan yang melegenda, yakni  Lontong Orari. Letaknya terselip di gang kecil Jalan Seberang masjid dekat Pasar Lama Banjarmasin, tepatnya di Jalan Simpang Sei Mesa, Banjarmasin.

Nama Orari yang melekat pada hidangan "lontong sayur" ini juga unik asal-usulnya, diambil dari akronim Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI). Jadi, awalnya rumah makan ini kerap menjadi tempat kumpul (kopi darat) para penggiat radio amatir di Banjarmasin, era 1980-an. Mereka biasa nongkrong sampai larut malam bahkan dini hari. Kebetulan, tidak jauh dari tempat mereka berkumpul itu ada seorang penjual lontong yang enak.

Lama-lama, hidangan ini semakin digemari warga dan nama Orari diakuisisi, dan berhasil menjadi merek dagang yang unik. Dari budaya begadang para "Breakers" itu juga membuat Lontong Orari punya jam operasional panjang, mulai 10.00 sampai 04.00 dini hari.

Saat masuk, suasana rumahan langsung terasa, terlebih dengan model lesehan. Menunya hanya satu, lontong berbentuk segitiga lebar dan pipih. Satu porsi, isinya dua lontong diguyur opor nangka muda.

Ada lauk dalam piring terpisah, berisi telur rebus dan Ikan Haruan goreng, yang dimasak habang (masak merah dengan sejumlah bumbu, di antaranya cabai kering, gula, garam, bawang merah, bawang putih). Haruan mirip ikan gabus tapi durinya tidak terlalu banyak dan daging lebih gurih.

Aroma harum kayu manis dan pedasnya serai berbalur kemiri bergumul dengan lidah di mulut. Ditambah gurih potongan ikan haruan yang lembut, makin tambah nikmat. Rasanya, sedap!  Bahkan, pemerhati kuliner Indonesia, Bondan Winarno memasukkan makanan ini dalam kategori "Mak, Nyuss".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com