Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WDG, Revolusi Teknologi Otomotif? (Bagian 2)

Kompas.com - 09/08/2011, 07:37 WIB

Cara Kerja
Setelah menjalan riset bertahun-tahun, versi terakhir mesin ini diperlihat juga. Terdiri dari cakram logam dengan saluran atau kanal radial bergelombang di dalamnya. Bagian tengah mesin adalah rotor yang berputar terhadap bagian luarnya. Cukup menarik, ukuran kanal dibuat dengan tingkat presisi tinggi.

Campuran bahan bakar dan udara masuk ke dalam piringan melalui bagian tengah. Ketika cakram atau piringan berputar, kanal atau alur pada bagian bagian luar ditutup. Hal Ini menyebabkan terjadinya tekanan balik yang tinggi (shock wave). Tekanan balik tersebut memaksa campuran udara dan bahan bakar dikompresi, sama dengan langkah kompresi pada mesin piston bolak-balik.

Di akhir langkah kompresi busi dinyalakan. Campuran udara dan bahan bakar terbakar. Terjadilah ekspansi tenaga ke rotor (roda) yang membuka saluran isap dan buang. Gas buang keluar, sedangkan campuran baru langsung diisap untuk mengulangi proses selanjutnya. Semua itu  berlangsung sangat cepat.

Makin Murah
“Target kami dengan mesin ini membuat kendaraan hibrida makin efisien dan bisa memenuhi tuntutan konsumen, yaitu jarak tempuh makin jauh, 800 km. Harga mobil juga makin murah, namun semakin fungsional (bisa dikebut di jalan tol). Biaya operasionalnya juga jauh lebih murah,” terang  Müller tentang karakteristik dan prospek mesinnya tersebut.

Ditambahkan, mesin ini bisa menurunkan emisi karbon dioksida sampai 95 persen dibandingkan mesin motor bakar yang digunakan saat ini.

Tim pengembangan MSU kini malah fokus merekayasa mesin ini untuk aplikasi otomotif. Karena tidak menggunakan piston plus konstruksi yang ringkas, mesin sangat pas untuk memutar generator listrik. Sekarang mesin  masih terus dikembangkan untuk menekan emisi serendah mungkin.  

“Prototipe yang dicoba dan digunakan di menghasilkan tenaga 25 kW (33,5 PS) dan akan terus dikembangkan sampai akhir tahun ini.  

Sedikit Komponen
Kelebihan mesin seperti yang mirip dengan bentuk pengorengan atau wajan dengan alur bergelombang di dalamnya, dinilai efisien karena jumlah komponen yang bergerak lebih sedikit. Maklum mesin ini tidak memerlukan poros engkol, poros bumbungan, piston, setang piston, katup dan penggeraknya serta dan pendingin. Dengan demikian, biaya perawatan jadi murah.

Media riset  AS memberikan sambutan hangat terhadap mesin ini dan berharap bisa segera direalisasikan. Apalagi, di negara tersebut, harga minyak  mahal. Mereka juga bangga karena mesin ini hasil penemuan warganya.  Sebelumnya, mesin otomotif banyak ditemukanoleh ahli Eropa, khususnya Jerman!

Sementara itu Audi jugasudah mengembangkan mobil listrik Range Extender pada A1 e-tron (mobil listrik)  dengan menggunakan mesin Wankel  500 cc yang juga dinilai lebih praktis dan kompak. Saat ini untuk kendaraan dijual untuk umum, mesin Wankel atau rotari hanya digunakan oleh Mazda pada RX-8.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com