TANGERANG, KOMPAS.com - Raksasa otomotif Volkswagen AG (VW) tengah menghadapi tantangan besar akibat perubahan signifikan dalam strategi produksi globalnya.
Penutupan tiga pabrik dan pengurangan kapasitas produksi besar-besaran di negara asalnya, Jerman, berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 300.000 pekerja.
Salah satu alasan utama perubahan ini adalah biaya produksi yang meningkat tajam, adanya restrukturisasi, hingga persaingan ketat atas produsen otomotif dari Asia, sebagaimana dijelaskan Kepala Dewan Perwakilan Pekerja VW Daniela Cavallo dikutip Reuters belum lama ini.
Meski begitu, Head of Sales Volkswagen Indonesia Badawi Marsahan mengatakan, krisis tersebut tak memberikan dampak langsung terhadap operasi VW di Indonesia. Semua peta jalannya masih on track, termasuk produksi mobil listrik mulai 2026.
"Sebetulnya tidak berpengaruh banyak. Mungkin semua brand mengalami hal yang sama karena ada perubahan dari engine plan ke electrical. Kita yang sudah tau, tidak panik juga," kata dia ditemui Kompas.com di BSD, Tangerang, Jumat (22/11/2024).
"Jadi kan kemarin banyak produksi kendaraan Internal Combustion Engine (ICE) ya, sekarang mulai beralih sehingga ada penutupan engine plan, sebagian ke electric. Itu saja," jelas Badawi lagi.
Hal ini, tentu saja berdampak pada jumlah tenaga kerja yang diperlukan di pabrik-pabrik yang sebelumnya memproduksi mobil konvensional.
"Tentu saja hal itu membuat produk di engine plan berkurang, sehingga berdampak pada tenaga yang ada di sana berkurang juga," ucapnya.
Proses transformasi perusahaan pun dikatakan sudah membuahkan hasil, terbukti banyaknya produk kendaraan listrik yang dihadirkan seperti ID.3, ID.4, sampai ID.2.
Sementara untuk Indonesia, VW berencana mulai memproduksi mobil listrik melalui ID Buzz pada 2026 mendatang melalui pabrik PT National Assemblers di Cikampek, Jawa Barat.
"Tahun 2026 kita produksi untuk ID Buzz di pabrik PT National Assemblers yang ada di Cikampek, Jawa Barat. Ini investasi baru," katanya.
"Jadi tidak perlu khawatir. Saya rasa semua brand mengalami hal yang sama (restrukturisasi pabrik dari ICE ke EV)," tutup Badawi.
Namun dari sisi penjualan, merek ini memang tidak bisa dibilang gemilang. Berdasarkan data Gaikindo, VW di Indonesia masih konsisten menjual kendaraan di bawah 15 unit tiap bulannya hingga Oktober 2024 (wholesales).
Torehan tertinggi tercatat pada Februari 2024, lalu terus turun hingga rata-rata 9 unit setiap bulan. Secara total, penjualan VW sepanjang Januari hingga Oktober 2024 mencapai hanya 74 unit, anjlok 63,3 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya 226 unit.
Meski begitu dengan komitmen VW untuk membuat mobil listrik secara lokal menandakan prospek positif dalam perkembangan industri otomotif nasional di era elektrifikasi, sekaligus memperkuat dukungan terhadap inisiatif pemerintah dalam pengembangan ekosistem EV.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/26/092200915/diterpa-krisis-di-global-bagaimana-nasib-vw-di-indonesia-