KLATEN, KOMPAS.com - Konsumen tak selalu menyediakan cukup dana untuk perbaikan komponen mobil yang sudah rusak. Sehingga, harus memperbaikinya secara perlahan dan menyicil.
Dalam hal ini, konsumen bisa menanyakan kepada pihak bengkel urgensi perbaikan, serta risiko bila menundanya. Pasalnya, kerusakan komponen mobil memiliki dampak berbeda-beda.
Konsumen bisa menyusun urutan komponen mana dulu yang akan diperbaiki berdasarkan skala prioritas. Sehingga, perbaikan bisa dilakukan secara efektif tanpa mengabaikannya.
Arif Nugroho, Service Advisor Hyundai Solo Baru mengatakan, pihak bengkel mengkategorikan kerusakan komponen mobil ke dalam beberapa tahapan, tergantung seberapa besar risikonya.
“Ada beberapa tahapan atau faktor komponen mobil membutuhkan perbaikan, dari yang paling urgen sampai yang bisa ditunda untuk sementara waktu, konsumen bisa menggunakan skala prioritas ini ketika dana terbatas,” ucap Arif kepada Kompas.com, Selasa (29/10/2024).
1. Keselamatan berkendara
Arif mengatakan, setiap kerusakan komponen mobil yang memiliki risiko mengancam keselamatan konsumen, sifatnya wajib diperbaiki segera.
“Ketika menunda perbaikannya, bisa memicu kecelakaan atau menimbulkan kerusakan lebih besar, seperti adanya kebocoran minyak rem, kampas rem habis, oli mesin habis dan sejenisnya,” ucap Arif.
2. Performa berkendara
Selanjutnya, menurut Arif, kerusakan komponen mobil pada level ini risikonya dapat menurunkan performa kendaraan. Artinya, menunda perbaikan komponen ini bisa dilakukan dengan konsekuensi.
“Contohnya, salah satu busi mati, roda kemudi tidak stabil, ban benjol, dalam hal ini mobil masih bisa dikendarai, namun dampaknya performanya tak prima, sehingga menundanya bisa merugikan konsumen,” ucap Arif.
3. Usia pakai komponen
Arif mengatakan, komponen mobil disarankan ganti tak serta merta ada kerusakan, seperti komponen fast moving yang sudah memiliki masa pakai atau penggantiannya terjadwal.
“Seperti drive belt, saringan udara, busi, dan sejenisnya, mereka memiliki masa pakai yang sudah diprediksi oleh pihak pabrikan, sehingga waktu penggantiannya terjadwal di buku pedoman perawatan,” ucap Arif.
Meski ada peluang kondisi komponen ini masih bagus, menurut Arif, tetap ada risiko bila menunda penggantiannya, seperti bisa rusak di tengah perjalanan atau di luar jadwal perawatan.
4. Kenyamanan penumpang
Arif mengatakan, setiap kerusakan komponen yang bisa mengganggu kenyamanan penumpang masuk dalam level ini. Sehingga, risiko menunda perbaikannya tidak cukup besar, namun tak nyaman bagi penumpang.
“Seperti peredam kejut lemah, AC kurang sejuk, sapuan wiper kaca mobil kurang bersih dan sejenisnya, menunda perbaikannya tetap ada risiko tapi lebih kecil,” ucap Arif.
5. Keindahan kendaraan
Arif mengatakan, segala kerusakan komponen yang bisa mengurangi nilai estetika pada kendaraan, masuk kategori ini. Sehingga, penundaan perbaikannya cukup aman dilakukan.
“Contoh ada lecet bodi, mika lampu retak, dan sejenisnya, konsumen bisa menyiapkan dana terlebih dulu untuk melakukan perbaikan, namun pihak bengkel tetap akan memberitahukan kondisinya lewat catatan kerusakan,” ucap Arif.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/10/30/121200915/5-level-skala-prioritas-perbaikan-mobil-saat-dana-terbatas