JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Indonesia memastikan tetap melanjutkan pengembangan program pencampuran bahan bakar minyak dengan etanol sebagai upaya mengurangi emisi karbon dan menekan impor BBM.
Deputi Manajer Umum Perencanaan Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Resha Kusuma Atmaja menyebutkan, langkah itu seiring komitmen perseroan untuk menghadirkan seluruh teknologi ramah lingkungan ke pasar, yang dikenal multi-pathways.
Meskipun demikian, pemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyatakan bioetanol tidak ideal untuk diterapkan secara masif karena mayoritas bahannya masih impor sehingga bisa melemahkan neraca dagang nasional.
"Kita dari Toyota menyiapkan segala bentuk teknologi untuk memerangi (emisi) karbon. Apa pun teknologinya yang memerangi karbon, kita akan fokus ke sana," kata Resha saat ditemui di Jakarta, Selasa (24/9/2024).
"Ini justru seperti chicken and egg, tunggu ada mobilnya dahulu atau infrastrukturnya. Kalau kita di Toyota apa yang bisa dikembangkan ya dijalankan karena role-nya ke sana. Once infrastrukturnya sudah ada maka kita sudah siap," lanjut dia.
Untuk diketahui, Toyota merupakan produsen otomotif pertama di Tanah Air yang mengembangkan dan memproduksi beberapa kendaraan flexy fuel berbasis ethanol.
Bahkan, salah satu produknya yaitu Fortuner yang sudah kompatibel dengan kadar pencampuran bioetanol 10 persen (E10) sudah diekspor ke Brasil.
"Mobil kita sudah bisa E10 dan yang solar sudah bisa B35 saat ini. Kita bersama Pertamina juga mengembangkan E35 atau B100, contohnya negara seperti Brasil atau India itu sudah menggunakan bahan bakar seperti itu," kata Resha.
Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menyebut penerapan dan pengembangan bioetanol juga bisa merangsang daya beli masyarakat.
Kondisi tersebut karena pengolahan bioetanol melibatkan berbagai sektor, terutama pertanian. Mengingat bahan bakunya berasal dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, tebo, gandum, sampai sorgum.
"Sehingga nantinya terbentuk ekonomi sekuler," kata dia ketika ditemui di Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/9/2024).
https://otomotif.kompas.com/read/2024/09/26/110200115/tanggapan-toyota-soal-bbm-bioetanol-yang-disebut-tidak-ideal