JAKARTA, KOMPAS.com - Para pejabat Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas keselamatan pada kendaraan listrik berbasis baterai pada Senin (12/8/2024).
Pertemuan ini dilakukan usai kejadian mobil listrik Mercedes-Benz EQE yang terbakar di parkiran basemen apartemen Incheon, Korea Selatan dan memerlukan delapan jam untuk memadamkannya.
Dilansir Reuters, kejadian tersebut merusak sekitar 140 mobil dan memaksa 23 warga untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Sementara sisanya harus mengungsi ke tempat penampungan.
Dalam pertemuan dimaksud, mereka akan membahas soal penyebab kebakaran, serta menyusun langkah pencegahan insiden serupa tidak terulang.
Wakil menteri lingkungan hidup akan memimpin pertemuan, yang juga dihadiri kementerian transportasi dan industri serta badan pemadam kebakaran nasional.
Pada Selasa besok, pejabat kementerian transportasi akan mengadakan pembicaraan dengan produsen mobil, termasuk Hyundai Motor Group, Mercedes-Benz Korea dan Volkswagen Group Korea
Namun pihak Kementerian belum memberikan komentar mengenai laporan tersebut. Begitu pula Hyundai Motor Group, Mercedes-Benz Korea dan Volkswagen Group di Korea.
Adapun berdasarkan data Kantor Pusat Pemadam Kebakaran dan Bencana Metropolitan Seoul yang diterbitkan pada Februari lalu mengungkapkan ada 1.399 kebakaran terjadi di tempat parkir di bawah tanah di Korea Selatan pada 2013 dan 2022 dengan persentase 43,7 persen disebabkan oleh kendaraan.
Sumber tersebut juga memaparkan sumber listrik menyumbang 53 persen kebakaran mobil di basemen.
“Serangkaian kebakaran kendaraan listrik yang terjadi di tempat parkir bawah tanah telah dikaitkan dengan meningkatnya ketidak percayaan konsumen terhadap kendaraan listrik," kata seorang analis di Samsung Secutities Esther Yim.
Menanggapi kasus itu, surat kabar Chosun Ilbo pekan lalu melaporka bahwa Korea Selatan berencana mewajibkan pembuat kendaraan listrik untuk mengungkapkan merek baterai di mobilnya.
Produsen mobil saat ini perlu memberikan informasi tertentu tentang kendaraan, seperti efisiensi bahan bakar. Namun hanya rincian terbatas mengenai baterai dan tidak perlu menyebutkan nama produsennya, kata surat kabar tersebut.
Moon Hak-hoon, profesor teknik otomotif di Universitas Osan, mengatakan bahwa mewajibkan perusahaan mobil menyediakan merek baterai kendaraan listrik tidak akan mencegah kebakaran.
Tapi yang lebih membantu adalah dengan melakukan sertifikasi bahaya kebakaran pada setiap merek baterai yang digunakan di kendaraan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/08/12/182100615/korsel-adakan-pertemuan-darurat-tanggapi-kasus-mobil-listrik-terbakar