Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rasa Berkendara CRF250L di Jalan Aspal dan Off Road

JAKARTA, KOMPAS.com - Honda CRF250L jadi motor trail andalan Honda di kelas 250cc. Kompas.com mendapat kesempatan buat menjajal dan langsung bawa trail Honda ini bertualang ke daerah Bogor, tepatnya di Telaga Saat, Puncak.

Sebelum ke Telaga Saat, penguji mengetes CRF250L di jalan perkotaan yang cenderung rata dan macet. Setelah itu, buat jalan ke Puncak penguji lewat jalan alternatif yang banyak tanjakan dan saat di lokasi, kondisi jalan berbatu, pas buat mengetes keandalan CRF250L.

CRF250L sebenarnya jadi basis buat versi Rally atau CRF250 Rally. Jadi memang ada yang sama antara kedua motor tersebut, begitu juga soal rasa berkendaranya.

Secara ergonomi duduk, CRF250L punya gaya motor trail. Artinya setang lebar dan pengendara cenderung tegak.

Selain itu, jok CRF250L yang panjang, membuat pengendara leluasa maju atau mundur badannya. Jadi bisa menyesuaikan dengan medan jalan yang dilewati, mau turunan atau tanjakan, bahkan loncatan.

Soal rasa berkendara, CRF250L punya rasa yang tidak berbeda jauh dengan versi Rally. Cuma bobot CRF250L yang 12 kg lebih ringan, membuat bantingan suspensi terasa lebih kaku.

Efeknya, motor jadi lebih enak dibawa di jalan yang berbatu serta di aspal. Mengingat suspensinya CRF250 Rally saat dibawa di aspal lebih mengayun.

Selain itu, bobot yang ringan tidak bikin lelah pengendara. Belum lagi saat dipakai di jalan berbatu, manuver yang menantang jadi lebih mudah dibawa.

Soal performa, lagi-lagi antara CRF250L dan CRF250 Rally sama, 249cc satu silinder yang menghasilkan tenaga 25,3 TK dan torsi 23,1 Nm. Tapi karena bobot yang lebih ringan, CRF250L terasa lebih responsif.

Pada bagian pengereman, CRF250L sebenarnya punya piringan cakram depan yang lebih kecil dari versi Rally. Cuma buat dipakai harian, ukuran tadi tidak terlalu pengaruh, masih pakem saja buat di jalan aspal maupun bebatuan.

Soal hal yang penguji kurang suka dari CRF250L adalah tangkinya yang kecil, cuma 7,8 liter. Saat penguji bawa ke daerah puncak, bensin sudah habis setengah, jadi harus diisi lagi biar tenang untuk jalan pulang.

Lalu buat joknya, memang dirancang bukan untuk perjalanan jauh. Jadi buat penguji yang tingginya 170cm, terasa pegal di bagian bokong, harus istirahat sekalian isi BBM.

Terakhir buat masalah yang ada di CRF250, yakni panas mesin di paha kanan. Model bodi CRF250L yang ramping bikin panas makin terasa, apalagi saat kipas radiator menyala, angin panas mesin ditiup tepat ke kaki.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/07/08/194040015/rasa-berkendara-crf250l-di-jalan-aspal-dan-off-road

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke