JAKARTA, KOMPAS.com - Dewasa ini perkembangan populasi mobil listrik berbasis baterai sebagai alat tanspotasi harian tengah mengalami perkembangan pesat.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan kendaraan ramah lingkungan itu bahkan berhasil tumbuh 237 persen sepanjang 2023.
Menariknya, meskipun pengguna mobil listrik smakin banyak ternyata mayoritas masih mengandalkan listrik rumahan untuk melakukan pengisian daya. Fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hanya dipakai saat kondisi terdesak.
Demikian hasil riset Populix yang melibatkan 350 pengguna kendaraan listrik di Jabodetabek, Makassar, Bandung, Surabaya, dan Medan dalam rentang waktu 15-25 Maret 2024.
"Lokasi pengisian daya yang paling sering dilakukan pengguna mobil listrik ialah di rumah karena paling konsisten sehingga dianggap lebih nyaman dan aman," kata CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, Kamis (6/6/2024).
Kondisi tersebut terbukti dari total responden itu 59 persennya memilih rumah sebagai lokasi pengisian daya paling nyaman.
Sementara 16 persen ialah mereka yang memanfaatkan layanan home charging diikuti pengisian daya di SPKLU dengan bobot 15 persen. Tepat di bawahnya, para pemilik mobil listrik menggunakan charging station brand masing-masing.
Timothy mengatakan, alasan dari prilaku itu karena sebaran SPKLU yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga banyak pengguna mobil listrik tak memakai kendaraannya untuk berpergian jarak jauh.
"Fasilitas atau infrastruktur kendaraan listrik, kalau kita tidak mengisi daya di rumah, pengguna masih khawatir dimana mencari SPKLU. Atau misalnya cari di maps, ternyata saat perjalanan tidak ada yang dekat," ucap dia.
"Mereka takut nanti malah nyangkut di tengah jalan karena tidak ada SPKLU. Layanan dari aftersales dari brand juga tentu mempengaruhi," lanjut Timothy.
Kondisi serupa juga untuk fasilitas Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) bagi pengguna roda dua, di mana hanya 42 persen responden yang memanfaatkannya.
Angka itu berbeda jauh dari pengguna yang memanfaatkan SPBKLU resmi dari brand masing-masing yaitu 78 persen. Sementara memanfaatkan minimarket 41 persen.
"Frekuensi penggunaan SPKLU/SBKLU sih masih lumayan rendah, paling tinggi itu 2-3 kali seminggu (28 persen). Dan mungkin berhubungan dengan faktor infrastrukturnya bahwa memang pembangunannya belum merata," katanya.
"Kalau di kemudian hari infastruktur sudah lebih baik, aftesales service sudah dibenahi oleh brand, mungkin saya ekspektasi konsumen di Indonesia berubah. Ini mungkin adalah hal yang ingin kita lihat untuk market development EV," tutup Timothy.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/06/07/112200215/pengguna-mobil-listrik-masih-nyaman-mengisi-daya-di-rumah