JAKARTA, KOMPAS.com – Belakangan ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, di mana dalam beberapa hari terakhir masih bertahan di level Rp 16.200 per dolar AS.
Seperti diketahui, kenaikan kurs dolar Amerika Serikat sedikit banyak memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia.
Dari sisi industri otomotif, menguatnya nilai dolar AS biasanya memengaruhi harga jual. Namun demikian, harga motor listrik subsidi dipastikan belum naik.
“Sejauh ini di tempat kami tidak ada diskusi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” ujar Ketua Umum Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi, kepada Kompas.com (23/4/2024).
“Di antara pabrikan ini belum ada yang mengeluh tentang itu. Jadi saya kira persoalan itu kan tidak hanya di pabrik sepeda motor saja, tapi di semua aspek,” kata dia.
Budi menambahkan, saat ini motor listrik subsidi bukan produk impor, melainkan sudah diproduksi secara lokal dengan TKDN minimal 40 persen.
“Kalau sudah masuk Sisapira, artinya harga itu adalah harga yang sudah dipatok sesuai dengan TKDN. Karena komponen lokalnya sudah cukup banyak juga,” ucap Budi.
“Jadi saya kita pengaruhnya mungkin ada, tapi tidak terlalu banyak banget. Belum (naik harga), tetap segitu,” ujarnya.
Sebagai informasi, daftar motor listrik subsidi telah mencapai 57 model per 23 April 2024. Bisa dibilang, harga motor listrik ini belum mengalami kenaikan sejak masuk daftar Sisapira pada tahun lalu.
Dari sekian model, Exotic Sterrato jadi yang paling murah dengan banderol Rp 5,59 juta. Sedangkan untuk motor listrik subsidi termahal adalah United TX3000 yang dijual Rp 42,9 juta.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/23/152100715/nilai-tukar-rupiah-melemah-harga-motor-listrik-subsidi-belum-naik