JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan beruntun merupakan kecelakaan yang banyak terjadi di jalan tol. Untuk menghindarinya ada rumus jaga jarak tiga detik.
Namun nyatanya rumus jaga jarak tidak detik sulit dilakukan di jalan tol Indonesia. Tak sedikit kecelakaan tabrakan beruntun yang masih terjadi karena kurang pemahaman dan kesadaran menjaga jarak dengan mobil lain.
Penyebabnya ialah orang yang tidak paham konsep jaga jarak tiga detik. Pengemudi sudah menjaga jarak dengan mobil di depan, tapi mobil di belakang justru mepet sampai bumper to bumper.
"Sering lihat spion belakang. Kalau kita sudah jaga jarak dengan mobil depan tapi mobil belakang malah mepet turunkan gas, sedikit lambatkan agar mobil belakang juga melambat dan menjauh," ujar Jusri kepada Kompas.com, Jumat (19/4/2024).
Kedua kata Jusri kalau mobil belakang datang terlalu cepat maka bisa nyalakan hazard.
"Hazard dan lampu rem, adalah indikator dan boleh-boleh saja buat pengemudi lain menghindar. Tapi hazard hanya sebagai peringatan tidak boleh terlalu lama. Hanya sebagai pemberitahuan bahwa 'wei kamu terlalu dekat'," kata
"Dengan menyalakan hazard kita berharap pengemudi di belakang kita paham. Tapi sekali lagi ya siapa yang bisa membaca otak orang bahwa dia paham kode kita atau tidak," ujar Jusri.
Jusri mengatakan, untuk menghindari tabrakan beruntun maka lakukan rumus jaga jarak tiga detik, kemudian sering mengecek spion belakang melihat posisi mobil di belakang.
"Jadi sekali lagi lakukan strategi 3 detik, jika mobil belakang mepet lakukan perlambatan. Turunkan gas agar dia melambat, atau menghidupkan hazard. Perhatikan kaca spion," ujar Jusri.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/21/074100915/tak-cuma-rumus-3-detik-ini-cara-cegah-tabrak-belakang-di-tol