JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla Inc berencana memberhentikan lebih dari 10 persen tenaga kerja secara global demi mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dikutip Reuters, jumlah tersebut setara dengan 15.000 pekerja dari total 140.473 karyawan yang tercatat hingga Desember 2023.
Kendati Elon Musk sebagai CEO Tesla masih belum angkat suara, namun dirinya sempat menyatakan bahwa saat ini persaingan kendaraan listrik sangat ketat, khususnya setelah China melakukan invasi besar-besaran dengan produk murah.
Alhasil, penjualan tahunan perusahaan turun yang berdampak pada penurunan pendapatan di kuartal I/2024. Tesla juga melaporkan adanya keterlambatan pengiriman kendaraan listrik di awal bulan ini.
Tesla dikabarkan mulai memproduksi kendaraan generasi berikutnya pada akhir tahun depan yang disebut akan berharga lebih terjangkau dari jajaran produk lama.
"Saat kami mempersiapkan perusahaan untuk fase pertumbuhan berikutnya, sangat penting untuk mempertimbangkan setiap aspek perusahaan untuk pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas," kata Musk dikutip Senin (14/4/2024).
"Tidak ada yang lebih saya benci, tetapi itu harus dilakukan," tambahnya.
Atas pergerakkan itu, beberapa analis memperkirakan penjualan Tesla akan menyusut pada tahun ini, dengan alasan lambatnya produksi model terbaru, Cybertruck, dan jeda produk baru.
Diketahui, Tesla mengakhiri tahun lalu dengan memberhentikan 140,473 karyawan, hampir dua kali lipat total tiga tahun sebelumnya.
Padahal, perusahaan telah meningkatkan produksi di dua pabrik—satu di Austin, Amerika Serikat dan satu lagi di luar Berlin, Jerman—yang mulai memproduksi kendaraan sport Model Y pada awal 2022.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/16/112200015/tingkatkan-efisiensi-tesla-bersiap-phk-15.000-pekerja