SOLO, KOMPAS.com - Bagi pemudik yang membawa kendaraan pribadi perlu memastikan kondisi pengemudi dalam keadaan yang sehat dan tidak lelah.
Jika pengemudi merasa lelah, diharapkan untuk segera mencari rest area terdekat untuk beristirahat. Hal ini untuk mencegah terjadinya microsleep.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, risiko terjadinya microsleep bisa dicegah dengan istirahat yang cukup.
“3 jam berkendara perlu jeda istirahat 30 menit. Justru istirahat di perjalanan itu lebih penting untuk keselamatan jika dibandingkan tidur lama sebelum bepergian,” kata Sony kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Saat kondisi lemah dan dipaksa untuk mengemudi bisa sangat berisiko karena membuat respon mengemudi berkurang.
“Konsentrasi tinggi otot-otot dan respon feeling turun. Maka, yang penting itu manajemen waktu istirahat. Biar tetap rileks sampai ke tujuan,” kata Sony.
Sony juga mengatakan, mengantuk dengan microsleep itu berbeda. Saat ngantuk, pengemudi akan merasakan reaksi mereka melambat.
“Kalau ngantuk, yang tidur adalah matanya. Tapi kalau microsleep, yang tidur itu otaknya,” kata Sony.
Menurut Sony, pengemudi yang mulai mengantuk menambah kecepatan kendaraan untuk menambah adrenalin, hal sangat berbahaya.
“Begitu adrenalin naik, kecepatan di 140 km/jam kemudian terkena microsleep, di kecepatan itulah fatalitynya,” kata Sony.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/11/091200415/cara-cegah-microsleep-saat-melakukan-perjalanan-arus-balik-lebaran