JAKARTA, KOMPAS.com - Serangkaian skandal manipulasi data pada tubuh perusahaan raksasa otomotif asal Jepang, Toyota Group, menodai rekor penjualan yang baru saja tercetak sepanjang 2023 lalu.
Pasalnya tahun lalu, Toyota berhasil kembali mencatatkan penjualan mobil terbanyak dengan angka 11,2 juta unit. Capaian ini membuat perusahaan menjadi produsen mobil paling laris di dunia empat tahun berturut.
Sayangnya, hal tersebut dicoreng dengan rangkaian kasus terkait tata kelola yang melibatkan prosedur uji sertifikasi untuk mobil dan mesin yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Terlebih, insiden ini melibatkan tiga anak usaha sekaligus yaitu Hino, Daihatsu, dan Toyota Industries Corporation (TICO).
Atas kondisi itu, Chairman Toyota Motor Corporation (TMC) Akio Toyoda langsung turun tangan. Ia mengaku akan bertanggung jawab terhadap kegaduhan yang terjadi pada grup usahanya.
"Saya akan memimpin upaya transformasi (penanggulangan skandal) sebagai orang yang bertanggung jawab atas grup ini," ucap Toyota dalam konferensi pers, Selasa (30/1/2024).
Toyoda juga mengungkapkan visi baru untuk Toyota Grup yaitu untuk "menciptakan jalan ke masa depan bersama-sama".
“Salah satu dari lima sikap yang harus menjadi fokus karyawan adalah jujur dan lakukan segala sesuatunya dengan cara yang benar,” tegas Akio.
“Kita juga harus merangkul semangat penemuan dalam diri kita, memikirkan orang lain, mengasah keterampilan kita, dan terus melakukan hal yang benar,” tambahnya.
Adapun mengenai skandal yang menimpa perusahaan, Akio menyebut bahwa perusahaan selama ini tampak berjalan sendiri-sendiri. Artinya, kurang koordinasi dengan anak usaha lain.
Padahal masalah sertifikasi uji kendaraan dilakukan di beberapa anak usaha seperti Daihatsu dan TICO. Sehingga ke depan perlu adanya perbaikan mengenai hal dimaksud.
“Bagaimanapun, kami adalah perusahaan yang berbeda. Meskipun kita mungkin memiliki ikatan modal, itu tidak cukup untuk benar-benar memahami sejarah antara perusahaan dan hubungan tersebut," ucap dia.
Adapun rangkaian skandal ini, dimulai dari Hino Motors yang mengaku sudah memalsukan data emisi secara sistematis sejak 2003.
Kala itu, tidak ada dampak yang besar usai laporannya dibuat di 2022 lalu. Namun berita tersebut menimbulkan pertanyaan serius mengenai pengawasan di Hino maupun Toyota Group.
Jelang penutupan 2023, Daihatsu mengungkapkan sudah melakukan manipulasi uji keselamatan serangkaian produk di Jepang, termasuk model Toyota yang diproduksinya.
Setelah diusut lebih jauh, anak perusahaan Toyota ini mengakui sudah memalsukan hasil uji keselamatan lebih dari 30 tahun. Alhasil, Daihatsu memutuskan untuk menghentikan produksi dan distribusi sementara di Jepang sampai 14 Februari 2024.
Skandal terakhir datang dari TICO yang melaporkan terdapat indikasi tiga mesin kendaraan hasil produksinya terlibat dalam penyimpangan sertifikasi.
Toyota mengungkapkan setidaknya terdapat 10 model kendaraan menggunakan mesin yang terkena dampak, termasuk enam model di Jepang.
Penyelidikan menemukan kejanggalan terjadi selama pengujian output horsepower untuk sertifikasi tiga model mesin diesel untuk mobil yang ditugaskan Toyota ke TICO.
Namun Toyota telah memverifikasi ulang produk produksi massal yang diproduksi di pabrik dan memastikan mesin dan kendaraan yang terkena dampak memenuhi standar keluaran kinerja mesin.
Dengannya, walau banyak model kendaraan yang produksinya dihentikan sementara sampai data sertifikasi sesuai, perusahaan menyebut konsumen tetap bisa mengendarai mobil dengan aman.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/01/30/184100115/skandal-nodai-rekor-perusahaan-bos-toyota-turun-tangan