JAKARTA, KOMPAS.com - PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) meyakini bahwa pertumbuhan pasar mobil listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia akan terus bergerak positif meskipun terjadi perlambatan di global.
Kondisi tersebut karena penciptaan ekosistem EV di Tanah Air saat ini masih dalam tahap awal alias early stage. Sehingga probabilitas perkembangannya masih sangat besar dibanding negara maju.
Terbukti pada data Gaikindo, selama Januari-Desember 2023 total penjualan mobil listrik secara wholesales mampu naik 237,3 persen dibandingkan periode sama sebelumnya menjadi 69.763 unit.
"Kita itu masih pada early stage sementara Amerika Serikat, Eropa, sudah dalam tahap mature. Pasarnya telah terbentuk sehingga dia cenderung stagnan," kata Chief Operating Officer HMID, Fransiscus Soerjopranoto kepada Kompas.com belum lama ini.
"Melihat pergerakkan pasar, tren masyarakat atas pembelian mobil listrik terkhusus battery electric vehicle (BEV) akan meningkat pesat apalagi semakin banyak model yang hadir. Mungkin capai 5 persen market share," lanjutnya.
Kendati demikian, kendaraan jenis ini tidak akan sepenuhnya dapat menggantikan mobil konvensional atau berpembakaran dalam (internal combustion engine/ICE).
Melainkan, kendaraan ICE bakal semakin canggih dan lebih ramah lingkungan. Sehingga akan muncul keseimbangan baru antara mobil konvensional dengan BEV.
Pengembangan terhadap ICE ini, termasuk penerapan standar emisi yang lebih tinggi sampai disematkannya teknologi baru.
"Perlu dipahami bahwa tren mobil listrik itu bukan berarti bahwa ke depannya 100 persen akan menggantikan ICE. Tak pernah ada satu literatur, data, maupun studi yang menyatakan itu, tidak," ucap Frans, panggilan akrabnya.
"Tetapi semua penelitian atau studi menunjukkan bahwa nanti akan sampai pada tahap keseimbangan antara mobil ICE dengan BEV. Itu tergantung dari masing-masing negara atau wilayahnya (komposisi maupun percepatannya)," ucap dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pimpinan Toyota, Akio Toyoda yang meyakini bahwa kendaraan konvensional akan tetap eksis di tengah gempuran produk EV.
Sebab pada intinya, musuh dunia ialah emisi CO2. Maka, apapun instrumen atau teknologi yang digunakan, asalkan bisa mengurangi hal tersebut akan terus dikembangkan produsen.
Pada akhirnya, pasar lah yang akan menentukan teknologi apa yang akan diterima dan digunakan.
"Tidak peduli berapa banyak BEV berkembang, saya pikir itu 30 persen dari pangsa pasar. Kemudian, 70 persen lainnya idalah HEV, FCEV, dan mesin hidrogen," ucap Akio dilansir Carscoops.
"Dan saya pikir mobil mesin pasti akan tetap ada,” lanjut dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/01/25/090200415/mobil-konvensional-tetap-bertahan-di-tengah-gempuran-ev