JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi mobil kehilangan kendali bisa terjadi ketika melewati jalan menikung atau licin.
Mobil dengan sistem penggerak roda belakang (RWD) dan penggerak roda depan (FWD) fenomena ini memiliki istilah yang berbeda.
Pada mobil RWD kejadian ini biasanya disebut dengan fenomena oversteer, sedangkan untuk FWD dikenal dengan istilah understeer.
Ketika mobil mengalami oversteer, ban kehilangan traksi saat melaju terlalu cepat di jalan menikung atau licin, sehingga bodi belakang bisa terlempar ke samping, seakan mendahului bagian depan.
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, ketika mobil mengalami oversteer jangan panik dan tenang dalam mengendalikan kemudi, dan kurangi laju kendaraan dan mengarahkan ke arah yang aman, seperti area berpasir.
Sementara, jika terjadi fenomena understeer, arah belokan kendaraan tidak sesuai dengan yang dituju atau diinginkan oleh pengemudi. Alhasil mobil terasa sulit dibelokkan, meski sopir sudah mengarahkan setir.
Pada modul Indonesia Defensive Driving Center (IDDC), tertulis pengemudi harus menghindari tambahan putaran kemudi atau membanting setir, dengan mengurangi tekanan gas secara perlahan. Sehingga, ban kembali mendapatkan traksi yang cukup.
Jusri Pulubuhu, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengatakan, fenomena understeer lebih mudah dikendalikan.
“Hal ini disebabkan roda depan adalah tempatnya kendali mobil, jadi lebih mudah dikontrol ketimbang oversteer,” ucap Jusri kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Selain itu, roda belakang selip lebih sulit dikendalikan karena badan mobil jadi miring akibat roda belakang yang berputar ke depan, seakan ingin menyalip roda depan.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/11/30/141200115/perbedaan-oversteer-dan-understeer-pada-sistem-kemudi